Selasar Mimpi

GELAP!!!

Ya, aku merasakan kalau di sekitarku hanya tampak gelap. Hanya gambaran hitam pekat yang senantiasa mengitari pandanganku, hingga membuat retinaku benar-benar tak mampu menembus gambaran kehidupan seperti apa di balik kepekatan gelap ini.

Namun, tiba-tiba saja perasaanku yang pada mulanya berasa tenang, tentram, kini total menjadi sebuah kegelisahan. Pikiranku benar-benar berselirat[1] tak karuan. Entah karena apa? Tetapi yang pasti, secara tiba-tiba saja firasat dan daksaku[2] terasa tak nyaman dengan keberadaanku di tempat serba gelap ini. Sedangkan aku berusaha untuk menumbuhkan renjana[3] dalam diri.

Secara mengejutkan, mataku tiba-tiba saja mendadak terpelotot saat mendapati sebuah cahaya berkilauan serasa menerobos di depan mataku. Kembali aku harus melindungi retina mataku untuk tidak terkena kilauan sinar itu. Secara sepandurat[4], seberkas cahaya itu kontan terasa sudah menggantikan kegelapan tempat yang saat ini tengah aku rasa.

Tapi, ketika semuanya telah berubah terang. Aku benar-benar mendapati banyak hal yang sebegitu mengejutkan di tempat yang awalnya gelap pekat, dan kini berubah bak tersihir menjadi benderang ini. Aku merasakan jika semua ini hanya imajinasiku yang menari-nari liar dalam pentas mimpi. Tapi, aku seperti merasakan kalau ini benar-benar nyata terjadi. Kali ini aku benar-benar tak dapat menyembunyikan kegalauan dan ketakutanku. Terlebih saat aku mendengar satu suara yang kian lama semakin terdengar sangat sentar. Aku sendiri juga tak mengerti suara apakah gerangan itu?

Dalam penglihatanku kali ini, mataku tampak tertuju pada satu objek yang terasa membuat hatiku tergugah. Aku merasa ada suatu keanehan di daerah yang ternyata ini adalah rumah gubuk tempat tinggalku sendiri. Bagaimana tidak? Karena dalam pantauan retinaku ini tampak tergambar jelas segerombolan manusia dengan langkah beringas melintas di depan rumah gubukku. Entahlah aku benar-benar tak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hanya saja mereka berseru dengan nada yang menggerutu sembari mengedarkan satu tatapan sinis dan penuh kenaifan ke arahku.

Mendengar gerutuan itu aku tambah merinding saja. Aku bukannya mau mencari tahu dengan apa yang sudah terjadi, tapi aku malah menunjukkan sebuah ketakutanku.

Mataku masih tak lepas mengawasi manusia-manusia aneh yang melintas di depan gubuk tempat tinggal kami ini. Akhirnya segerombolan massa itu menghilang tertelan rerimbunannya pohon-pohon liar di dalam hutan. Akhh, aman, pikirku.

Tapi, belum sempat bernafas lega, menyusulah kembali segerombolan massa yang berduyun-duyun melintas di hadapanku. Yang lebih mengejutkan, segerombolan manusia itu meneggeret paksa dua orang manusia dengan dikalungkan rantai pada lehernya. Mataku terbelalak ketika sekilas saja melihat ke dua manusia yang diperlakukan bak binatang itu. Samar-samar aku seperti mengenal keduanya. Seperti ayah dan ibuku.

Akhh, tapi mana mungkin, aku tidak yakin jika itu ke dua orangtuaku. Akan tetapi belum selesai menamati ke dua manusia itu secara jelas. Tiba-tiba tubuhku terasa tersentak terkaget. Dan kontan saja, gambaran sebuah proyektor dalam benakku itu kian lenyap memudar. Dan kini pikiranku terbawa kembali ke sebuah dunia nyata. Ya, sebuah gambaran kejadian tadi hanya kualami di sebuah alam maya dalam tidur. Sebut saja mimpi. Sebuah mimpi yang terasa seperti nyata.

Lantas aku pun langsung bersimpuh menengadahkan tanganku di atas pembaringanku. Dengan sejuta harap, aku memanjatkan sebuah doa permohonan kepada Sang Penguasa agar semua mimpi itu tak akan nyata terbukti.


[1] Berselirat: berkecamuk dalam pikiran.

[2] Daksa: tubuh.

[3] Renjana: rasa hati yang kuat.

[4] Sepandurat: Sekejap mata, tiba-tiba.