Tentang Saya yang Hobi di Keramaian dan Mengamati Orang

Setiap punya masalah, dan sebelum menceritakannya kepada beberapa sahabat, biasanya saya akan memberi waktu untuk otak saya berhenti memikirkannya, dengan berjalan-jalan di pusat keramaian. Bersama Ree―seorang sahabat dekat yang kerap menemani saya ke mana pun!

Biasanya, yang saya lakukan adalah mengamati orang-orang dari etalase kaca sebuah kedai kopi tempat saya duduk. Saya akan mengamati setiap orang yang melintas. Baik dari segi penampilan, sikap, atau bahkan sifat. Kemudian otak saya akan berpikir sendiri, tentang orang-orang yang sedang saya perhatikan.

Aneh? Mungkin. Tapi saya suka. Ha-ha-ha.

Idiotnya, terkadang saya kerap mengajak Ree untuk bergossip mengenai orang-orang yang sedang kami perhatikan.

Tak jarang, saya akan mengomentari cara mereka berpenampilan. Saya lebih menyukai style seseorang yang bebas ekspresi. Saya suka mengamati seorang perempuan yang berpenampilan ‘berbeda’ dan ‘berani berekspresi’, serta seorang lelaki metroseksual yang trendi. Biasanya, mengamati cara mereka berpenampilan, mampu menghadirkan satu inspirasi tersendiri di otak saya. Dalam bentuk apapun.

Kebiasaan macam ini saya peroleh dari Ree. Sejak awal kami kenal, hingga sekarang, dia membenci seorang lelaki yang berpenampilan ‘ngondek’, namun cukup tertarik ketika disuguhi pemandangan seorang perempuan berpenampilan macho. Aneh! Dia bahkan dengan segan akan membeci saya setiap kali saya memakai t-shirt berkerah V. Benar-benar aneh. Dan itu menyebalkan!

Selain mengamati penampilan, saya suka menebak-nebak orang-orang yang berada di sekeliling saya: apakah dua orang perempuan di samping tempat saya duduk adalah fame (lesbi yang berperan sebagai perempuan) dan buchi (lesbi yang berperan sebagai laki-laki) ataukah bukan; apakah seorang lelaki yang sedang duduk gelisah sembari membuka lembar-demi-lembar majalah yang berada tepat di meja depan saya adalah seorang gay atau bukan, dan sebagainya, dan sebagainya.

Untuk kebiasaan konyol ini, saya peroleh dari dua teman saya. Anehnya lagi, keduanya perempuan. Seolah, mereka adalah perempuan yang (seolah-olah) mampu mendefiniskan 'wujud' lelaki homoskesual. Salah satu dari mereka menyebutkan, bahwa ia mempunyai ‘gayradar’. Menggelikan!

Yang pasti, saya tak memiliki tujuan apa-apa dalam mengamati seseorang. Hanya berusaha untuk mempelajari karakter seseorang saja, sambil berusaha mengalihkan permasalahan yang saya punya. Untuk sementara, mungkin hanya itu. Bisa jadi, kelak, apa yang saya amati akan menghasilkan sebuah buku. Hmm, who knows?