Jalan-jalan Bogor

Setelah sekian lama memendam keinginan buat ke Bogor, akhirnya, jum'at kemarin jalan juga. Bersama dengan rekan kost, gue berangkat sekitar jam 2 sore. Jalan kaki ke arah Ledeng buat menumpang Damri ke Leuwipanjang. Beuuhhh... untung-untungan banget, soalnya pas gue mau numpang, eh, Damrinya pas banget siap berangkat. Untung pula gue masih dapet tempat duduk. Dan yang lebih untungnya, kali ini gue dapet tumpangan Damri yang AC. So, otomatis gue nggak ngerasa ada bau terasi, keringet, dan bau-bauan yang bisa bikin kepala puyeng lain. Hehe...

Sampai di terminal Luewipanjang sekitar pukul 15.30-an. Hmmm... maklum, soalnya Bandung tiap weekend selalu macet, sebab banyak banget arus pendatang dari luar kota buat sekedar berwisata ke Kota Bandung. Apalagi ketika gue berangkat ke Bogor kemarin, pas banget sama momen long weekend. Huhuuuu...

Dengan mengendarai Bus MGI dan merelakan ongkos Rp.40 ribu gue melayang, akhirnya sampailah gue di terminal Kota Bogor, tepat banget pukul 7. Sembari nunggu jemputan dari temennya temen gue, kami nongkrong-nongkrong bareng para penunggu jemputan lain di Pos Polisi. Ketika sang temennya temen gue itu dateng, akhirnya kami jalan kaki sepanjang lebih dari 1 kilo demi mencapai kostan temennya temen gue itu.Hmmm... tapi pas sampai di depan Boker (Botani Square), gue diajak temennya temen gue itu ke Boker dulu. Gue ngikuuuut ajjahh...

Balik dari Boker langsung nyari penginepan di sekitar kampus D3 IPB, dengan budjet Rp.110ribu/malem. Dan kami nyewa satu kamar, otomatis biaya sewa kamar dibagi dua. hehe... lumayan murah sih, meski di penginapan tersebut gue rada was-was. Bayangin aja, masa di dalam kamar penginapan di tempat tersebut, secara terang-terangan gue liat orang ML tanpa menutup pintu. 3 some pula. Anjrit!! *mungkin bagian ini gue skip aja ya... hehe*

Keesokan harinya gue diajak keliling-keliling Bogor (tapi lebih banyak keliling di kampus IPB) sama temen temennya temen gue (duuuhhh... bingung yak?! haha). Dan pas jam 2-an, gue jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor. Sumpah, gue emang waktu itu ngebet banget pengen jalan ke sini, tapi pas gue bener-bener ke sini, ternyatah tempatnya gitu-gitu aja (meski gue ketagihan pengen ke sono lagi) hehe.


Pas pertama masuk kebun, gue ngerasa tempat tersebut nggak cocok buat dijadiin tempat wisata, tapi cocoknya buat dijadiin tempat buat TIDUR! haha... soalnya di sepanjang jalan sebelum ke arah Rumah Anggrek, buanyak banget orang-orang yang menjadikan kursi-kursi di kebun tersebut buat tiduran! Padahal waktu itu gue pengen istirahat, duduk di salah satu kursi yang tersedia di tempat tersebut, tapiiii malah kursi sepanjang itu udah penuh dengan hanya satu orang (soalnya dibuat tidur!). Nih, liat aja aksi iseng gue yang nyoba jadi paparazi ketika jalan-jalan di KRB lalu.



Intuisi

“Sebelum kamu bisa menang dalam hidup bermasyarakat, kamu harus lebih dulu menakhlukan diri kamu sendiri. Ingat, semua perubahan di mulai dari diri kamu sendiri.”

Suatu kalimat yang selalu menggeliat dalam benak. Sebab benar adanya. “Sebelum kau bisa “manakhlukan” orang lain, maka, kau harus menakhlukkan dirimu sendiri,” kata seorang ustadz di kampung. Sebab penting, terlebih dalam suatu pergaulan. Seandainya aku bisa menakhlukan diriku sendiri, maka aku akan menjadi sosok yang memiliki keteguhan hati, tidak mudah terprovokasi. Sebab aku tidak akan melupa akan tujuan hidup yang semula telah kusasar.

Sebab aku tak akan pernah menjadi diri sendiri jika aku tak dapat mengalahkan diriku sendiri. Mengalahkan nafsu. Emosi. Gejolak jiwa. Pikiran. Sebab ini adalah langkah awal yang harus kulakukan. Jika aku tidak mampu melakukan itu, aku akan menjadi remaja yang sekedar mengikuti trend. Dan berakhir dengan limpahan luka sebab terjerembab dalam jurang dan bermuara pada satu titik yang aku sendiri tak menyukainya.

Sebab aku harus tahu: bagaimana cara membangun pergaulan yang sehat. Apa yang harus kulakukan untuk diriku sendiri. Pendeknya, aku harus bisa menentukan batasan-batasan dalam sebuah pergaulan. Sebab ini penting!