Memang, tidak lengkap rasanya bila berkunjung ke Palembang tanpa menyusuri sungai yang sangat terkenal itu. Ya, Sungai Musi. Perjalanan menyusuri Sungai Musi merupakan hal yang wajib dilakukan bagi wisatawan yang ingin tahu bagaimana suasana Palembang yang sebenarnya.
Di sepanjang sungai Musi, kita dapat menemukan beberapa objek wisata yang menjadi kebanggaan juga untuk masyarakat
Sungai Musi memang indah dan menakjubkan, terutama saat dipsahabatng pada malam hari. Di atas sungai ini terdapat satu buah jembatan yang jika dipsahabatng pada malam hari begitu menawan mata. Ya, jembatan Ampera namanya. Jembatan yang menghubungkan antara Palembang Ulu dengan Palembang Ilir, terlihat berdiri dengan gagah. Kerlap-kerlip lampu dan pendaran sinarnya di atas permukaan sungai, sungguh sangat sebegitu menakjubkan. Bukan hanya itu, sungai terpanjang dan terluas di Pulau Sumatera ini, menyimpan berbagai potensi, baik dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Tak salah jika para tourist merasa belum lengkap mengunjungi Palembang, bila belum menyentuh air Sungai Musi dan menikmati pemsahabatngannya dari atas Jembatan Ampera. Saya juga pernah mendengar sebuah anggapan atau itu hanya berupa gurauan; bahwa bila orang luar sudah mencicipi air Sungai Musi, maka orang itu akan sulit meninggalkan Palembang. Benarkah? Ya, sepertinya anggapan itu bukan hanya sebuah gurauan. Tapi, memang begitu realitanya. Saya sendiri jika belum berkeliling langsung menyusuri Sungai ini, akan berasa sangat kurang puas.
Salah satu land mark Palembang ini, dari dulu sangat terkenal. Bahkan, karena saking besarnya potensi yang bisa dikembangkan dari Sungai Musi, lalu orang Palembang tumpah ruah mendekati pinggiran sungai. Benarkah?
Benar. Lihat saja beberapa pengalaman yang sudah lewat, betapa sulitnya memisahkan kehidupan pasar dan ekonomi tradisional warga Palembang dari pinggiran Sungai Musi. Sejumlah koloni orang memang hidup dari dinamika sungai yang membentang dari pantai barat di Propinsi Bengkulu sampai pantai timur di Selat Bangka sepanjang 1.000 kilometer ini. Dari pasar tradisional terbesar di Palembang, yaitu Pasar 16 Ilir, sampai pada industri-industri besar yang menggantungkan hidupnya di Sungai Musi. Seperti, PUSRI, Pertamina dan lain sebagainya.
Belum lagi, ribuan warga yang membuka usaha, seperti warung, kerajinan, rakitan kapal, perahu, atau speed boat, dan bantaran sungai pun bisa dimanfaatkan sebagai lokasi tempat tinggal yang gratis, misalnya rumah rakit. Sampai akhirnya Palembang kemudian terkenal dengan kota tepian air dengan Sungai Musi sebagai penopang utamanya.