Catatan Kecil Tentang (Ke)rindu(an)


1

Setangkai Sunyi

Pada suatu malam, kudengar langkah sepi semakin mendekat. Langkahnya tampak berat dan terdengar berderat. Rebah perlahan menemani lamunanku. Terkadang aku berfikir; Betapa hidupku telah menjadi sia-sia untuk dipertahankan. Sebab ketika kudengar langkah sepi mendekat dalam setiap malamku. Datang perlahan lantas menancapkan setangkai sunyi di taman hidupku. Membuatku semakin terlunta merana dalam sepuhan senyap.

Perlahan kupetik setangkai sunyi yang tanpa kutahu seperti apa warna kelopaknya? Perlahan kuraba setangkai sunyi yang membuatku bertanya-tanya; Masihkah akan kutemui kehidupan semerbak dengan perpaduan warna yang cemerlang? Benar masihkah ada keindahan nun menakjubkan di kehidupan yang penuh ketidaknyamanan?

2

Setangkai Rindu

Dari balik malam, kudengar langkah senja datang. Memboyong kembali kesunyian yang terasa semakin senyap. Hanya terpekur sendiri. Memandangi potret kekasih yang tiada (pernah) jua (men)jumpa(i). Setitik air menggenangi mata ketika setangkai rindu menancap di hati. Membuatku semakin berkelebat rindu dalam labirin beku.

3

Setangkai Cerita

Dengan berkelebat sunyi dan (ke)rindu(an), sengaja kutulis cerita ini supaya menjadi catatan kecil akan dilema yang tengah kurasa; akibat sunyi dan (ke)rindu(an). Biar, suatu saat nanti akan kupertunjukkan catatan-catatan kecil ini pada kekasihku. Biar dia tahu, kalau aku begitu kangen. Biar dia sadar, bahwa aku adalah manusia yang masih punya rasa—yang butuh kasih sayang dan juga cinta. Dan biar dia merasa, bahwa aku adalah tipe kekasih yang setia. Meski (ke)sepi(an), tetapi aku tetap menanti dia kembali. Dan tanpa sabar, ingin segera kukatakan padanya; "Honey, I love you forever and every 'single' day." Lantas kupeluk dia (kekasihku) dengan penuh erat, sembari menghadiahinya dengan kecupan sayang pada keningnya. Biar dia dapat merasakan kasih-sayangku yang benar tulus tercurah untuknya.

Bandung, in the kost, 271109, 11.00pm.

Catatan Kecil Zuma: Revelations


Menjadi seorang yang cupu dan pemalu adalah sesuatu yang benar-benar harus kuhindari. Sebab jika dalam diriku memiliki kriteria itu, aku akan sulit untuk menjadi sosok remaja yang terbuka dalam sebuah pergaulan. Aku yakin aku akan banyak menemui keterbelakangan dalam sebuah pergaulan di kota ini—sebab aku pernah merasakan itu. Apalagi aku menemui banyak orang-orang di sekelilingku yang nampaknya acuh dan bahkan menganggapku terlalu “kampungan”; pernah disebut “alay” karena aku memang merasa berpenampilan selayaknya seorang yang istilahnya “kaget kota”, tidak bisa bergaul, pemalu dan tidak bisa membawa diri dalam pergaulan (baca: tidak mampu berkomunikasi dengan baik, sebab pemalu).

Semakin lama aku menyadari (baca: sadar diri!) kalau ternyata banyak orang memperhatikanku bukan karena terpukau dengan “penonjolan” diriku yang positif, tetapi malah sebaliknya. Sampai akhirnya aku benar-benar bertekad harus merubah semuanya sampai akhirnya tercetuslah sebuah motto hidupku beberapa bulan lalu; “nggak narsis itu najis!”. Aku merubahnya dengan berbagai cara; dengan sadar diri, membenahi penampilan yang (sedikit) “kaget kota”, untuk tidak lagi (sok) “jaim”, dan juga berusaha memperlancar komunikasi dengan mengikuti pendidikan non-eksak di bidang broadcasting.

Dan beberapa akhir pekan kemarin, di mana hari itu adalah akhir pekan yang tepat untuk mencari suatu intuisi. Setiap akhir pekan, aku punya beberapa waktu untuk merenungkan banyak hal yang telah aku pelajari.

Wahyu pertamaku datang sabtu beberapa pekan lalu ketika aku sedang “nongkrong” di Garmedia Merdeka sendiri. Di tempat itulah aku akhirnya bertemu dengan sahabat dunia cyber yang akhirnya menjadi sahabat akrabku, Ari—bukan nama yang sebenarnya. Kami belum pernah melihat satu sama lain dalam kurun waktu satu tahun sejak kami bertemu lewat dunia cyber, jadi kami harus banyak mengulik tentang “sesuatu” yang ada pada diri kami. Ari adalah sosok “mahasiswa abadi” (baca: selalu mencari pengetahuan baru. Meski dia sudah bukan lagi mahasiswa). Dia memiliki pengetahuan yang luas terutama dalam dunia seni, dan itu membuatku menyadari bahwa aku juga banyak tahu tentang seni. Dari situ, menjadi modalku untuk mudah “menyambungkan” pembicaraan secara seru dengan sahabatku itu.

Dari situlah aku mendapat sebuah wahyu, bahwa aku benar-benar harus menjadi sosok manusia yang tidak terbelakang dalam hal pergaulan (baca: dalam hal positif). Aku benar-benar berbangga hati telah memiliki sahabat semacam mereka (salah satunya Ari) dan sahabat nongkrong kami yang lain. Barangkali untuk saat ini dia dan sahabat “nongkrongny”-lah yang telah berjasa membuatku semakin percaya diri dalam dunia pergaulan. Sebab sekarang aku sadar dan mencoba untuk membiarkan orang-orang yang merasa tak nyaman berada di dekatku dengan sikap tanpa lagi pilu. Membiarkan semua orang yang menganggapku “kampungan” dengan sikap tanpa lagi mengeluarkan sebuah “kutukan” dalam hati.

Sebab, akhirnya aku menyadari, betapa beruntungnya aku memiliki teman-teman mendukung. Aku bergaul dengan berbagai orang seperti akhir beberapa pekan lalu, dan mereka yang menakjubkan. Aku punya teman yang tidak akan pernah menilai bagaimana aku, tidak peduli betapa aku adalah seorang yang “aneh”. Aku punya teman yang akan selalu muncul pada akhir pekan, bahkan jika hanya untuk mengatakan “hi”. Dan aku punya teman yang membuatku benar-benar dihibur di sebuah tempat-tempat “nongkrong” dengan perbincangan-perbincangan yang tanpa menyudutkan dan memperolok “keanehan”-ku. This is an amazing revelation for me.

Surat Sahabat Zuma: 2012


Dear Zuma,

Zuma, Melbourne terasa sangat panas sekali! Aku pikir di sini resmi mendekati suhu 40°C, tetapi sekali lagi aku ragu apakah ini yang menjadi musim panas terpanas sebelum berakhir.

Apa yang telah kau pikirkan belakangan ini? Sehingga, apa yang kau lakukan? Sesuatu yang menarik, atau benar-benar membosankan? Sementara aku sendiri, selalu sibuk, atau setidaknya mencoba untuk tidak seperti itu. Namun ketika kondisi cuaca seperti yang terjadi akhir-akhir ini, aku mencoba untuk tetap di dalam ruangan sebanyak mungkin.

Aku melihat film berjudul "2012" beberapa waktu lalu. Itu sangat menarik. Aku ingin tahu apakah 21 Desember 2012 akan nyata menjadi seperti itu? Aku dengan tegas percaya dalam hidup sepenuhnya, sementara aku masih muda dan cukup sehat untuk menikmatinya. Jadi jika kiamat memang akhirnya datang, diduga atau tak terduga, setidaknya kita telah melakukan banyak hal dalam hidup yang singkat.

Mungkinkah hal-hal buruk yang terjadi di seluruh dunia dan prediksi tentang 2012 dapat dihubungkan? Ya, aku mendengar tentang semua hal-hal yang mengerikan terkait dengan destruksi massif bumi di atas seperti itu. Aku terasa cemas mendengarnya meskipun kau atau orang yang kau cintai tidak terpengaruh.

Jadi, Zuma, berhati-hati dan aku menunggu kabar darimu lagi segera.


Big huge,
Dee

Catatan Kecil Zuma: Waiting Makes Me Bored

“Menunggu?! Isshhh… itulah hal yang paling gue benci! Sumpah, dah!”

Pernyataan pembuka itu mungkin sering dieluhkan oleh banyak orang. Ya, demikian denganku, PALING MEMBENCI JIKA HARUS MENUNGGU! Ya, ketika aku menuliskan ini, aku sedang menunggu seseorang di Starbucks, BIP. Sembari menatap bosan pada manusia-manusia yang tiada putusnya berlalu-lalang di depan tempatku duduk menunggu.

Akhirnya yang aku lakukan untuk melepas bosanku adalah mencoba menghibur diri dengan mendengarkan lagu-lagu kenangan semasa SD, "Que Sera Sera", via mp3, yang beberapa hari lalau aku download secara "gretongan" dan membaca majalah. Menyeduh kopi yang sudah terasa dingin. Tapi, sudah hampir satu jam berada di dalam ruangan yang setengah terbuka ini, yang kutunggu "itu" belum juga datang. Di telpone dia bilang, sedang macet di Cipaganti! Shitt!

Sesekali fokus pada kertas yang sedang kucoreti dengan kata-kata. Kata-kata yang banyak mempertanyakan dan memunculkan sebuah pernyataan tentang kata “bosan”. Sesekali kembali membolak-balik lembar majalah jika aktivitas mencoreti kertas putih itu mendadak menjadikanku bertambah bosan.

Ya, menunggu, selain membuatku bosan, juga (sedikit) membuatku gila. Kau tahu apa yang aku lakukan selama menunggu “someone”-ku di Starbucks beberapa hari lalu? Selain melakukan aktivitas di atas, aku (barangkali) tanpa sadar juga mendeskripsikan kata “bosan” seperti ini:

B = beban yang takan lari dari seseorang
O = oh, Tuhan, aku membenci menunggu dan sesuatu yang membuatku badmood
S = sesuatu yang membuatku membenci kehidupan
A = alangkah susahnya menjalani hidup karena sesuatu yang tak kusukai
N = nyatanya sesuatu yang paling aku benci itu adalah “menunggu”

Dalam situasi bosan seperti itu, banyak keinginan yang terasa mendesak dalam benak. Tapi, semuanya mendadak kutepis setelah mengingat janji dengan “someone” yang tengah kutunggu kedatangannya. Padahal aku ingin nongkrong di tempat favoritku, seperti Gramedia. Hmm… jujur saja, aku juga sudah tidak sabar pergi nonton 2012. Bahkan aku pengen beli Tahu Buntil. Banyak keinginan tapi, gara-gara menunggu, jadinya begini.

“Huduuuhhh… pokoknya bangsat, deh, kalau ada seseorang yang bikin janji tapi ngaret! Anjirr… PERES banget!!!”



Catatan Kecil Zuma: Selasar Mimpi

10 tahun lalu...

GELAP!!!

Ya, aku merasakan di sekitarku hanya tampak gelap. Hanya gambaran hitam pekat yang senantiasa mengitari pandanganku, hingga membuat retinaku benar-benar tak mampu menembus gambaran kehidupan seperti apa di balik kepekatan gelap ini.

Namun, perasaanku yang pada mulanya berasa tenang, tentram, kini total menjadi sebuah kegelisahan. Pikiranku benar-benar berselirat tak karuan. Entah karena apa? Tetapi yang pasti, secara tiba-tiba saja firasat dan daksaku terasa tak nyaman dengan keberadaanku di tempat serba gelap ini. Sedangkan aku berusaha untuk menumbuhkan renjana dalam diri.

Secara mengejutkan, mataku tiba-tiba saja mendadak terpelotot saat mendapati sebuah cahaya berkilauan serasa menerobos di depan mataku. Aku kembali mencoba melindungi retina mataku dari kilauan sinar itu. Secara sepandurat, seberkas cahaya itu kontan terasa menggantikan kegelapan tempat yang saat ini tengah aku rasa.

Namun, saat semuanya berubah benderang. Aku mendapati banyak hal yang sangat mengejutkan pada tempat yang awalnya gelap pekat, dan kini berubah bak tersihir menjadi benderang ini. Aku merasakan jika semua ini hanya imajinasiku yang menari-nari liar dalam pentas mimpi. Tapi, aku rasa ini benar-benar nyata terjadi! Kali ini, sungguh, aku tak dapat menyembunyikan kegalauan dan ketakutanku. Terlebih saat aku dengar suara yang semakin lama terdengar sangat sentar. Aku sendiri juga tak mengerti suara apakah gerangan itu?

Dalam penglihatanku, mataku tampak tertuju pada satu objek yang membuat hatiku tergugah.
Aku merasa ada suatu keanehan di daerah yang ternyata ini adalah gubuk tempat tinggalku sendiri. Bagaimana tidak? Karena dalam pantauan retinaku ini tampak tergambar jelas segerombolan manusia dengan langkah beringas melintas di depan rumah gubukku. Entahlah, aku benar-benar tak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hanya saja mereka berseru dengan nada yang menggerutu sembari mengedarkan satu tatapan sinis dan penuh kenaifan ke arahku.

Mendengar gerutuan itu aku tambah merinding saja. Aku bukannya mencari tahu dengan apa yang sudah terjadi, tapi malah menunjukkan sebuah ketakutanku.

Mataku masih tak lepas mengawasi manusia-manusia aneh yang melintas di depan gubuk tempat tinggalku. Sampai akhirnya segerombolan massa itu menghilang tertelan rerimbunannya pohon-pohon liar di dalam hutan. Akhh, aman, pikirku!

Namun, belum sempat bernafas lega, menyusullah kembali segerombolan massa berduyun-duyun melintas di hadapanku. Yang lebih mengejutkan, segerombolan manusia itu menyeret paksa dua orang manusia dengan dikalungkan rantai pada lehernya. Mataku terbelalak ketika sekilas saja melihat kedua manusia yang diperlakukan bak binatang itu. Samar-samar aku seperti mengenal keduanya. Seperti ayah dan ibuku.

Akhh, tapi mana mungkin, aku tidak yakin jika itu ke dua orangtuaku. Namun, belum selesai menamati ke dua manusia itu secara jelas. Tiba-tiba tubuhku tersentak kaget. Dan kontan saja, gambaran sebuah proyektor dalam benakku itu kian lenyap memudar. Dan kini pikiranku terbawa kembali ke sebuah dunia nyata. Ya, sebuah gambaran kejadian tadi hanya kualami di sebuah alam maya dalam tidur. Sebut saja mimpi. Ya, sebuah mimpi yang terasa seperti nyata.
Lantas aku pun langsung bersimpuh menengadahkan tanganku di atas pembaringanku. Dengan sejuta harap, aku memanjatkan sebuah doa permohonan kepada Sang Penguasa agar semua mimpi itu tak akan nyata terbukti.

***

Ya, selasar mimpi yang kuceritakan ini benar nyata terjadi. Proloque ini aku tulis ketika delapan tahun lalu. Lebih tepatnya dua tahun setelah kejadian yang sampai sekarang benar-benar masih membekas di otakku. Betapa dulu hingga sekarang aku tak habis pikir, mengapa manusia-manusia “itu” begitu picik dan jahanam! Sungguh, tangisku akan kembali membuncah ketika aku mengingat tragedi 10 tahu lalu. Yang membuatku lebih tak habis pikirnya lagi, kenapa banyak warga di kampungku ketika itu acuh melihat demo dan pembantaian terjadi di keluargaku?

Cerita ini pernah kuangkat dalam sebuah cerpen yang akhirnya memenangi sebuah sayembara kepenulisan. Namun, ketika semuanya aku tulis dengan lebih spesifik dalam sebuah novel, entah mengapa novel itu beberapa kali ditolak media. Padahal dalam cerita itu aku hanya ingin mengungkapkan BETAPA PICIK, BIADAP DAN KEPARATNYA para begajul-begajul brengsek yang telah membantai keluargaku! Aku hanya ingin mengungkapkan sebuah aib yang pernah dilakukan kawanan warga di suatu daerah terhadap keluargaku. Sungguh, kalau mengingat itu, aku benar-benar tidak ikhlas, dan aku selalu mengutuk “mereka” dalam shalatku.

Sebab, sekarang, sebuah kebenaran dalam pembantaian psikis itu telah terungkap. Nyatanya, bukan keluargaku yang salah, tapi, SEKELOMPOK MANUSIA BIADAB YANG INGIN MENGHANCURKAN KESUSKSESAN ORANGTUAKU! Fuck buat kamu SANG BIADAB!!!! Kalianlah yang membuatku menjadi manusia tak berarti sedunia. Kalianlah yang membuatku lemah mental dan akhirnya… barangkali hal itulah yang membuatku menjadi sosok LELAKI FEMINIS!!!!!!! Sebab setiap aku mengingat ketika golok, celurit dan parang yang tampak terasah itu melingkar di leherku, aku akan menemui suatu phobia tersendiri. Ketakutan yang sampai saat ini kucoba untuk membinasakannya. Sebab sekarang aku sadar, aku tidak boleh menjadi anak yang terus-terusan terbelakang. Aku harus bisa bangkit dan memiliki kepercayaan penuh terhadap diriku sendiri.

CATATAN
Berselirat: berkecamuk dalam pikiran.
Daksa: tubuh.
Renjana: rasa hati yang kuat.
Sepandurat: Sekejap mata, tiba-tiba.
Begajul: Bajingan


Catatan Kecil Zuma: Pillow Talk


181109. 11.23am. Saat materi kuliah Bisnis Manajemen. Aku rindu padamu. Aku ingin bersegera memelukmu. Merebahkan segala penat dalam dekapmu. Dalam kemesraan saat bersamamu, pasti aku hanya rindu untuk berkata, namun tidak merasa perlu untuk berbicara. Tenggelam dalam pemikiran tapi hatiku hampir bisa merasakan segalanya. Tampaknya banyak orang percaya bahwa diam adalah kehampaan yang harus diisi, bahkan jika tidak ada yang penting yang dikatakan. Tapi, denganmu selalu ada kenyamanan dalam keheningan.

Catatan Kecil Zuma: Sebab Kita Tidak (Pernah) Tahu Kapan Kiamat Tiba

Beberapa tahun yang lalu, saya sudah pernah menonton adegan demi adegan dahsyat di beberapa film yang bercerita tentang kehancuran bumi ini secara mengerikan; “Armageddon”, “Deep Impact”, “The Day After Tomorrow”, dan sekarang menyusulah film dengan satu tema sama yang sedang heboh dibicarakan oleh banyak kalangan yang meminati dunia perfilman, yakni 2012—dan bahkan film ini dilarang oleh MUI, sebab dikhawatirkan bisa mempengaruhi pikiran orang mengenai kiamat. Adegan demi adegan yang membuat saya merasa merinding membayangkannya. Betapa film-film tersebut memperlihatkan bayangan tentang kiamat nanti; kota yang terporak-porandakan, semua penghuni bumi yang menjadi kocar-kacir, yang terkadang ketika saya menghayati tontonan tersebut, serasa membuat saya menjadi klaustrofobik di dalam bioskop.

Jika saya mengamati, tontonan film 2012 yang sedang hangat diperbincangkan memicu spekulasi dari banyak orang tentang hari kiamat. Saya pernah dengar kalau kiamat akan terjadi pada hari Jumat di mana jumlah perempuan berlipat ganda daripada jumlah laki-laki dan begitu banyak terjadi penyimpangan di dunia. Beberapa saat yang lalu pula sebelum saya menuliskan ini, saya sempat mendiskusikan tentang pernyataan-pernyataan saya tentang kiamat dengan beberapa sahabat dunia cyber saya. Dari pendapat yang diutarakan oleh sahabat saya, lantas saya sampai pada satu kesimpulan bahwasannya semua spekulasi yang diutarakan oleh manusia itu nantinya dapat dipatahkan oleh manusia itu sendiri. Sebab penyimpangan manusia dijustifikasi oleh rasionalisasi, hak asasi manusia untuk memilih dan atas nama empati.

Sedangkan bagi saya, parameter kiamat menjadi tanda tanya besar. Namun, bila konsep destruksi massif bumi tertunda oleh ambisi dan tersingkirkan dari benak manusia, maka berbagai bencana yang datang silih-berganti di berbagai belahan bumi ini adalah tonggak untuk menjadi pengingatnya. Seperti bencana yang beberapa tahun terjadi di Indonesia ini; misalnya gempa bumi. Barangkali terjadinya bencana gempa itu [sejenak] telah menyadarkan sebagian dari masyarakat kita.

Kita lihat saja bencana yang terjadi di Sumatera Barat beberapa bulan lalu. Ternyata tidak sedikit manusia yang menangisi dan membuka posko-posko bantuan, dan bahkan banyak orang yang tergerak untuk menjadi sukarelawan. Saya ingat, pemberitaan-pemberitaan kerap kali ditayangkan di berbagai media. Pemberitaan-pemberitaan yang begitu heroik dan berlebihan sehingga berkesan palsu. Tidak tulus. Sementara aksi membantu terkesan egosentrik untuk pamer.

Ironisnya, manusia sebagai makluk yang memiliki fungsi luhur, ada yang meratap. Mereka bahkan mengutuk alam atau bahkan Tuhan yang murka. Padahal, kita tidak berhak menilai sesama manusia dan ganjaran Tuhan. Sebab, semua catatan kealfaan, dosa dan sebagainya itu ada di tangan Tuhan. Kita yang tidak tahu menahu tentang dosa, tapi mengapa kita ikut menyalahkan Tuhan atas apa yang Dia ganjarkan kepada sesama kita? Sebab saya yakin, semua bencana itu terjadi hanya sebagai bentuk tes kesetiaan manusia kepada Tuhan; sekiranya apakah setelah mendapat musibah itu, manusia tetap teguh beribadah di jalan Tuhan atau malah meratap mengutuki-Nya?

Masih banyak musiba-musibah yang menjadi tanda tanya besar yang akan terjadi di dunia ini. Hanya saja kita tidak tahu kapan dan apa yang akan terjadi nanti. Sepertihalnya mengenai isu kiamat di tahun 2012. Entahlah, sepertinya saya kurang mendapat banyak referensi yang tepat dan akurat. Namun, satu-satunya isu yang dibenarkan oleh para ahli mengenai apa yang akan terjadi di tahun 2012 adalah bahwa akan adanya badai matahari yang akan mempengaruhi sinyal, listrik dan elektronik lainnya karena efek dari badai matahari yang mirip dengan EMP (Electro Magnetic Pulse). Akibat yang mungkin akan sangat terasa adalah, tidak adanya sumber listrik setelah badai itu datang selama beberapa waktu (bisa jam, hari, bulan, tahun). Tidak ada listrik berarti, tidak ada internet, saluran televisi, telepon, lampu padam, dll. (Dari berbagai sumber)

Saya tidak dapat memprediksikan bagaimana nantinya, namun, saya rasa hal itu adalah suatu kejadian yang nampaknya teramat mengerikan jika dibayangkan. Betapa tidak, karena yang akan datang di tahun 2012 adalah suatu badai yang langka terjadi; badai matahari. Seperti apa bentuknya saja saya tidak terfikirkan, namun, saya rasa hal itu dapat menjadi tonggak pengingat manusia akan kematian massal generasi manusia. Dan saya rasa, kita harus mempersiapkan segalanya dengan banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan, bukan saya (mem)percaya(i) akan isu kehancuran bumi di tahun 2012, tetapi, setidaknya kita harus tetap waspada dan tetap menjadikan isu itu sebagai sesuatu yang tidak ditakuti, tetapi malah menjadikan kita semakin gencar untuk beribadah. Bukankah dalam agama kita diwajibkan untuk mempercayai akan adanya kiamat? Hanya saja, kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi? Namun, tampaknya Tuhan sering memperingatkan kepada kita akan adanya tanda-tanda kiamat dengan diturunkannya sejumlah bencana di belahan bumi ini. Tentu hal itu menjadi tonggak pengingat akan adanya destruksi massif bumi yang nantinya bakal membinasakan generasi manusia.

Jadi, mengapa kita ketakutan menanti wajah lain gempa dan Tsunami atau bahkan resah menanti wajah badai matahari yang diprediksikan akan terjadi di tahun 2012 ini? Takut karena tidak ada parameter surga dan neraka yang kita pahami? Tidak ada satu pun manusia yang mampu mengintip akhirat sebelum mati. Tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan kematian dan kiamat akan terjadi. Dan yang harus kita lakukan sekarang adalah tetap mempercayai akan adanya kiamat meski kita jangan segera percaya isu yang dibuat manusia mengenai akhir dunia yang katanya di tahun 2012. Kita jadikan saja isu itu sebagai sesuatu untuk membangkitkan semangat kita dalam beribadah dan berserah diri kepada Tuhan dan bukan untuk men(di)takuti. Sebab kita saja tidak tahu kapan dan apa yang akan terjadi saat nyawa kita ditarik dari raga pada momen-momen sakaratul maut. Begitu juga dengan kedatangan kiamat; “sebab kita tidak tahu kapan kiamat tiba.”***


Catatan Kecil Zuma: Nyi Ratu Kidul Sampai Colombia*

"I've heard the mythology of Nyi Ratu Kidul. Can you explain to me about the mythology that?" Suatu ketika salah seorang sahabat dunia cyber-ku dari National University of Colombia berucap seperti itu kepadaku. Sebenarnya mendengar dia bertanya seperti itu, aku sempat terkaget, dan berujar dalam hati, "Oh, Tuhan! Orang asing seperti dia sampai tahu dengan mitologi Nyi Ratu Kidul? Berarti mitologi tentang Nyi Ratu Kidul sangat populer juga di dunia luar?! Yeaahhh, great!!! Mitologi tentang Nyi Ratu Kidul sampai ke Colombia? Hmmm..." ujarku bertanya-tanya sendiri dalam hati.

Karena aku penasaran, lantas aku tanya, "where did you find out about the mythology of Nyi Ratu Kidul?" tanyaku. Sahabatku menjawab, "I know about the mythology of it from a book that I read about Indonesia. And I'm not sure I understand fully about the mythology of Nyi Ratu Kidul. So, can you explain it to me?" ujarnya. Sejenak aku garuk-garuk kepala. Untung saja percakapan itu kami lakukan via e-mail, jadi aku bisa mencari referensi sebanyak-banyaknya tentang legenda Nyi Ratu Kidul agar aku bisa menjelaskannya sesuai fakta pada Felipe, sahabatku.
Sebenarnya, aku yang notabenenya adalah orang Indonesia, kurang tahu secara pasti tentang mitologi Nyi Ratu Kidul tersebut. Sebab sangat beragam kisah yang memaparkan tentang keberadaan Nyi Ratu Kidul. Sehingga membuatku menjadi bingung mengenai keaslian kisahnya. Tapi, untuk saat ini aku lebih mempercayai akan keberadaan Nyi Ratu Kidul itu seperti yang dipaparkan oleh buku kitab "Babad Tanah Jawi".

Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan legenda ini dikenal. Namun, aku pernah membaca suatu kisahnya, bahwa legenda mengenai penguasa mistik pantai selatan begitu diyakini dan begitu dikenal di kalangan penguasa kraton dinasti Mataram (Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta). Dari beberapa referensi yang telah aku baca dan menganalisanya, membuktikan bahwa Kanjeng Ratu Kidul, merupakan “istri spiritual” bagi raja-raja di kedua kraton tersebut.

Menurut beberapa referensi yang aku himpun, bahwa dari Keraton Surakarta sendiri menyebutkan, Nyi Ratu Kidul memiliki seorang patih yang setia yang bernama Nyi Rara Kidul. Aku juga baru tahu sekarang kalau antara Nyi Ratu Kidul dengan Nyi Rara Kidul itu berbeda. Benarkah??? Makadari itu, sekarang aku sedang menghimpun berbagai referensi untuk membuktikan tentang hal itu. Aku yakin, di negara kami saja banyak orang yang tidak tahu dengan pasti dengan adanya legenda ini. Banyak masyarakat di kepulauan selain Jawa menganggap bahwa Nyi Ratu Kidul dan Nyi Rara Kidul itu sama. Itu terbukti banyaknya perang pendapat mengenai keberadaan Nyi Ratu Kidul dan Nyi Rara Kidul yang dilakukan oleh beberapa masyarakat dalam sebuah situs di internet. Padahal menurut cerita yang aku himpun dari berbagai sumber menyebutkan, antara Nyi Ratu Kidul dengan Nyi Rara Kidul itu berbeda. Nyi Rara Kidul adalah patih yang setia mengabdi kepada Nyi Ratu Kidul. And it proves that our society does not know for sure will Nyi Ratu Kidul mythology. Sebab, kisah tentang Nyi Ratu Kidul memiliki banyak versi, yang tidak seorang pun tergugah untuk menyebarkan tentang kebenarannya, agar masyarakat yang ingin tahu tentang Legenda Nyi Ratu Kidul tidak tersesatkan.

Dan menurut Kitab Babad Tanah Jawi, bahwa Kanjeng Ratu Kidul sebenarnya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran. Namun, sang putri akhirnya melarikan diri dari keraton dan lebih memilih untuk menjadi seorang petapa. Dari referensi yang telah kubaca, menunjukkan adanya penekanan bahwa Nyi Ratu Kidul mengandung kedua unsur yang membuat keutuhan dunia. Meski pun Sang Ratu berwujud perempuan agung, namun, Sang Ratu dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri menjadi ratu diantara makhluk halus seluruh pulau jawa.

Di suatu sore, beberapa tahun lalu, aku pernah diajak oleh Kakek ke Pantai Selatan. Karena memang jarak antara Pantai Selatan dan rumah Kakek sangat dekat. Di hari itu, aku melihat banyak masyarakat nelayan pantai selatan Jawa melakukan sedekah laut sebagai persembahan kepada sang ratu agar menjaga keselamatan para nelayan dan membantu perbaikan penghasilan. Dan bahkan, menurut Kakek, tidak hanya masyarakat daerah setempat saja yang melakukan ritual persembahan itu, tetapi juga masyarakat di luar Pulau Jawa yang sengaja datang hanya untuk memberikan sesajian kepada Penguasa Laut Jawa itu, dengan harapan agar mereka bisa mendapatkan kekayaan dan berharap agar setiap usaha yang mereka jalani lancar.

Namun, setelah membaca dan mengamati berbagai referensi, aku sampai pada kesimpulan mengenai Kanjeng Ratu Kidul, bahwa keberadaan Sang Ratu bukan hanya dalam dongeng atau tahayul belaka. Seperti yang dikemukakan oleh seorang Theosofi berkebangsaan Amerika, bahwa bahwa Kanjeng Ratu Kidul dapat di golongkan sebagai Dewi Alam, dalam hal ini Dewi Laut. Ini adalah hal yang nyata ada, tetapi yang tidak termasuk dalam alam manusiawi. Alam makhluk halus barangkali.


*karya ini berdasarkan pengalaman asli penulis [gue sendiri :)] ketika tengah berkirim e-mail dengan sahabatku di Colombia, Felipe.


Catatan Kecil Zuma: The Reason Why I Need to Read

Why I read? Tentu, jawabannya, jika aku sedang mencari sesuatu yang berwawasan, akan ada semua itu, hari ini dalam sebuah buku. Ingat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa Buku adalah gudang ilmu”, dan dari buku kita akan mendapatkan banyak pengetahuan.

Programku sekarang ini kebanyakan belajar secara mandiri. Dalam menjalani masa perkuliahan, pada tahun keempat, biasanya akan melakukan semacam skripsi akhir atau proyek. Seperti yang aku tahu, bahwa aku punya beberapa kecemasan tentang apa yang aku pelajari. Fokus utamaku adalah bahasa Inggris dan Ilmu Hitung, yang merupakan subjek yang cukup umum. What real world skills can this possibly give me? Sekitar beberapa tahun yang lalu, saya pernah membaca sebuah referensi buku [sejenis] self building, yang mengatakan bahwa; “When we read, we learn about ourselves.” [“Ketika kita membaca, kita belajar tentang diri kita sendiri.”]

Mungkin terdengar jelas, atau mungkin tidak. Tapi sekarang aku mengerti. Aku juga mengambil titik selangkah lebih maju. Dari sekarang aku berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melangkah ke skripsi bahwa, aku dapat mempertimbangkan bagaimana aku mungkin telah melakukan hal-hal yang berbeda. Atau tidak. Rasanya seperti di Stark Trek Holodeck. Memainkan skenario fiksi. [Catatan: mengapa Holodeck mereka selalu mengalami kerusakan dalam cara-cara berbahaya seperti itu? If I almost died half the times I went in there, I would stop going! Idiot!]

Dedikasiku dalam Menulis Fiksi adalah.... akan selalu menghadirkan bacaan yang bermutu. Sebenarnya, Reading books, especially novels, will teach us about ourselves. Kita juga tahu, bahwa [kebanyakan] karya fiksi adalah omong kosong omong kosong dan omong kosong. Dulu, ketika aku menulis sebuah karya fiksi, yang aku lakukan hanyalah omong kosong omong kosong omong kosong. You can't really prove anything per se from a novel, except make some suggestions about the world of that book. Dan mulai sekarang dalam menulis karya fiksi, aku akan mencoba agar apa yang aku utarakan dalam fiksi tersebut tidak hanya omong kosong saja. Tetapi setidaknya ada satu tujuan untuk sebuah pencerahan bagi pembaca. Setidaknya karya fiksi karanganku bisa menginspirasi dan memuat segala sesuatu yang fresh. Agar setiap orang yang membaca karya fiksiku tidak hanya mendapatkan sebuah cerita kosong, tetapi juga sebuah pengetahuan yang dapat menginspirasi pembaca dan tentu sesuatu yangg berbobot.

Jadi, there are two reasons why I read:

Pertama, tentu agar aku bisa mendapat pengetahuan luas, demi untuk modalku dalam melangkah lebih maju. Sebab untuk saat ini, aku percaya, bahwa setiap remaja dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih tentang apa pun. Itu adalah modal kita untuk dapat diterima di dunia kerja mana pun.

Kedua, aku membaca suapaya aku mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan yang mengispirasi. Sebab aku sadar, saat ini aku sedang berjuang untuk menjadi seorang penulis yang kehadiran karyanya di terima di hati pembaca. Maka, dengan banyak membaca akan lebih menginspirasi dan menghimpun berbagai pengetahuan tentang apa pun. Sebab seperti tujuanku menjadi penulis adalah agar dalam menulis, aku tidak hanya sekedar menawarkan cerita fiktif dan kosong belaka, tapi, juga menawarkan sebuah pengetahuan yang menambah wawasan bagi para pembaca. Sehingga karya fiksiku tidak hanya dikatakan sebagai karya fiktif yang minim wawasan. Tetapi sebaliknya.

Tentu itulah mengapa aku butuh untuk membaca.


Catatan Kecil Zuma: Pesta Filsuf

Drunk people. We think we're so smart.

Aku pergi ke sebuah pesta beberapa minggu yang lalu, dan bertemu seseorang sahabat lama yang sangat cerdas dalam suatu hal analisis, Andy(I'm sure he won't mind me mentioning his name since he's a very 'chillz' guy). He was very into philosophy, and discussion. Aku yakin, kami menghabiskan sebagian besar malam ketika itu untuk berbicara ide-ide, sastra, kebijakan dan hal-hal luhur lainnya. Aku ingat, bahwa aku merasa terlibat dan menjadi terpesona atas pembicaraannya yang mengalir.

And he's a lot of theorizing that can prove that the alcohol had made you dumber.