Catatan Kecil Zuma: Sebab Kita Tidak (Pernah) Tahu Kapan Kiamat Tiba

Beberapa tahun yang lalu, saya sudah pernah menonton adegan demi adegan dahsyat di beberapa film yang bercerita tentang kehancuran bumi ini secara mengerikan; “Armageddon”, “Deep Impact”, “The Day After Tomorrow”, dan sekarang menyusulah film dengan satu tema sama yang sedang heboh dibicarakan oleh banyak kalangan yang meminati dunia perfilman, yakni 2012—dan bahkan film ini dilarang oleh MUI, sebab dikhawatirkan bisa mempengaruhi pikiran orang mengenai kiamat. Adegan demi adegan yang membuat saya merasa merinding membayangkannya. Betapa film-film tersebut memperlihatkan bayangan tentang kiamat nanti; kota yang terporak-porandakan, semua penghuni bumi yang menjadi kocar-kacir, yang terkadang ketika saya menghayati tontonan tersebut, serasa membuat saya menjadi klaustrofobik di dalam bioskop.

Jika saya mengamati, tontonan film 2012 yang sedang hangat diperbincangkan memicu spekulasi dari banyak orang tentang hari kiamat. Saya pernah dengar kalau kiamat akan terjadi pada hari Jumat di mana jumlah perempuan berlipat ganda daripada jumlah laki-laki dan begitu banyak terjadi penyimpangan di dunia. Beberapa saat yang lalu pula sebelum saya menuliskan ini, saya sempat mendiskusikan tentang pernyataan-pernyataan saya tentang kiamat dengan beberapa sahabat dunia cyber saya. Dari pendapat yang diutarakan oleh sahabat saya, lantas saya sampai pada satu kesimpulan bahwasannya semua spekulasi yang diutarakan oleh manusia itu nantinya dapat dipatahkan oleh manusia itu sendiri. Sebab penyimpangan manusia dijustifikasi oleh rasionalisasi, hak asasi manusia untuk memilih dan atas nama empati.

Sedangkan bagi saya, parameter kiamat menjadi tanda tanya besar. Namun, bila konsep destruksi massif bumi tertunda oleh ambisi dan tersingkirkan dari benak manusia, maka berbagai bencana yang datang silih-berganti di berbagai belahan bumi ini adalah tonggak untuk menjadi pengingatnya. Seperti bencana yang beberapa tahun terjadi di Indonesia ini; misalnya gempa bumi. Barangkali terjadinya bencana gempa itu [sejenak] telah menyadarkan sebagian dari masyarakat kita.

Kita lihat saja bencana yang terjadi di Sumatera Barat beberapa bulan lalu. Ternyata tidak sedikit manusia yang menangisi dan membuka posko-posko bantuan, dan bahkan banyak orang yang tergerak untuk menjadi sukarelawan. Saya ingat, pemberitaan-pemberitaan kerap kali ditayangkan di berbagai media. Pemberitaan-pemberitaan yang begitu heroik dan berlebihan sehingga berkesan palsu. Tidak tulus. Sementara aksi membantu terkesan egosentrik untuk pamer.

Ironisnya, manusia sebagai makluk yang memiliki fungsi luhur, ada yang meratap. Mereka bahkan mengutuk alam atau bahkan Tuhan yang murka. Padahal, kita tidak berhak menilai sesama manusia dan ganjaran Tuhan. Sebab, semua catatan kealfaan, dosa dan sebagainya itu ada di tangan Tuhan. Kita yang tidak tahu menahu tentang dosa, tapi mengapa kita ikut menyalahkan Tuhan atas apa yang Dia ganjarkan kepada sesama kita? Sebab saya yakin, semua bencana itu terjadi hanya sebagai bentuk tes kesetiaan manusia kepada Tuhan; sekiranya apakah setelah mendapat musibah itu, manusia tetap teguh beribadah di jalan Tuhan atau malah meratap mengutuki-Nya?

Masih banyak musiba-musibah yang menjadi tanda tanya besar yang akan terjadi di dunia ini. Hanya saja kita tidak tahu kapan dan apa yang akan terjadi nanti. Sepertihalnya mengenai isu kiamat di tahun 2012. Entahlah, sepertinya saya kurang mendapat banyak referensi yang tepat dan akurat. Namun, satu-satunya isu yang dibenarkan oleh para ahli mengenai apa yang akan terjadi di tahun 2012 adalah bahwa akan adanya badai matahari yang akan mempengaruhi sinyal, listrik dan elektronik lainnya karena efek dari badai matahari yang mirip dengan EMP (Electro Magnetic Pulse). Akibat yang mungkin akan sangat terasa adalah, tidak adanya sumber listrik setelah badai itu datang selama beberapa waktu (bisa jam, hari, bulan, tahun). Tidak ada listrik berarti, tidak ada internet, saluran televisi, telepon, lampu padam, dll. (Dari berbagai sumber)

Saya tidak dapat memprediksikan bagaimana nantinya, namun, saya rasa hal itu adalah suatu kejadian yang nampaknya teramat mengerikan jika dibayangkan. Betapa tidak, karena yang akan datang di tahun 2012 adalah suatu badai yang langka terjadi; badai matahari. Seperti apa bentuknya saja saya tidak terfikirkan, namun, saya rasa hal itu dapat menjadi tonggak pengingat manusia akan kematian massal generasi manusia. Dan saya rasa, kita harus mempersiapkan segalanya dengan banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan, bukan saya (mem)percaya(i) akan isu kehancuran bumi di tahun 2012, tetapi, setidaknya kita harus tetap waspada dan tetap menjadikan isu itu sebagai sesuatu yang tidak ditakuti, tetapi malah menjadikan kita semakin gencar untuk beribadah. Bukankah dalam agama kita diwajibkan untuk mempercayai akan adanya kiamat? Hanya saja, kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi? Namun, tampaknya Tuhan sering memperingatkan kepada kita akan adanya tanda-tanda kiamat dengan diturunkannya sejumlah bencana di belahan bumi ini. Tentu hal itu menjadi tonggak pengingat akan adanya destruksi massif bumi yang nantinya bakal membinasakan generasi manusia.

Jadi, mengapa kita ketakutan menanti wajah lain gempa dan Tsunami atau bahkan resah menanti wajah badai matahari yang diprediksikan akan terjadi di tahun 2012 ini? Takut karena tidak ada parameter surga dan neraka yang kita pahami? Tidak ada satu pun manusia yang mampu mengintip akhirat sebelum mati. Tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan kematian dan kiamat akan terjadi. Dan yang harus kita lakukan sekarang adalah tetap mempercayai akan adanya kiamat meski kita jangan segera percaya isu yang dibuat manusia mengenai akhir dunia yang katanya di tahun 2012. Kita jadikan saja isu itu sebagai sesuatu untuk membangkitkan semangat kita dalam beribadah dan berserah diri kepada Tuhan dan bukan untuk men(di)takuti. Sebab kita saja tidak tahu kapan dan apa yang akan terjadi saat nyawa kita ditarik dari raga pada momen-momen sakaratul maut. Begitu juga dengan kedatangan kiamat; “sebab kita tidak tahu kapan kiamat tiba.”***


Tidak ada komentar: