THE PARFUME: Desire Blue


Gambar Ilustrasi


Beberapa hari yang lalu saya sempat diajak berjalan-jalan keliling Kota Bandung oleh sahabat lama saya semasa SMP, tepatnya di sebuah SMP negeri di kota kabupaten Ogan Komering Ilir-Sumatera Selatan. Sebenarnya saya tidak menyangka jika saya akan bertemu dengan sahabat saya tersebut di kota Bandung ini. Sebab terakhir saya dengar kabar mengenai sahabat saya tersebut, bahwa dia telah melanjutkan studi-nya di sebuah Akademi Kemiliteran di kota Magelang. Namun, lewat Facebook sampai akhirnya saya mengetahui jika sahabat saya itu gagal melanjutkan studinya di pendidikan kemiliteran, namun, dia kini melanjutkan perkuliahannya di sebuah Politeknik swasta di kota Bandung, yang notabenenya kampus dan temptanya tinggal tersebut sangat dekat dengan tempat saya tinggal. Lantas saja, setelah pertemuan lewat Facebook itu, menumbuhkan riakan semangat yang menggebu di antara kami untuk saling bertemu. Lantas, setelah pertemuan tersebut, menghasilkan kesepakatan antara kami untuk mengulik kembali keakraban yang sempat terjalin dulu sembari berjalan-jalan keliling Bandung.

Di akhir perjalanan kami, saya mengajak sahabat saya tersebut untuk mampir di sebuah Toko Parfum, sebab saya berkeinginan untuk membeli bibit parfum yang sering dipakai oleh sahabat dekat saya di Bandung. Namun, saat itu saya lupa dengan nama perfume yang direkomendasikan oleh sahabat saya tersebut. Akhirnya saya meminta sang penjual perfume tersebut untuk menunjukkan kepada saya beberapa perfume yang memiliki kadar aroma yang soft. Maka, saya pun memilih "Dolce-Gabanna" sebagai perfume dengan aroma favorite saya.

Namun, ditengah kesibukan sang pemilik toko perfume tersebut meracik bibit perfume pilihan saya ke dalam botol, saya melihat salah satu nama perfume yang cukup menarik untuk saya, yakni “True Love”. Lantas saya bertanya kepada sang penjual perfume tersebut, “Kang, parfum yang True Love itu khusus buat cewe, ya?” Tanya saya. Lantas pemilik toko tersebut mengiyakan. Namun, sahabat semasa SMP saya tersebut berusaha membanyol. “Kang, kira-kira ada gak perfume khusus bencong?” Tanya sahabat saya tersebut. Sontak saya melihat sang penjual perfume tersebut merespon dengan semangat, “Iya ada, Boss!” ujarnya. Jujur saja, saya sedikit terbelalak dan terkikik mendengarnya. Lantas sang penjual perfume itu pun menunjukkan jenis perfume yang dimaksud. Dan saya bersama sahabat saya mencoba aroma yang perfume yang sedang ditunjukkan oleh sang penjual perfume tersebut.

Akang penjual perfume itu bilang, bahwa jenis perfume dengan merek “Benetton-Tribul” adalah perfume yang sering sekali digunakan oleh perempuan lesbian. Dengan aroma khas rempah-rempah dengan racikan yang cukup sedap. Dan yang lebih membelalakkan saya adalah ketika akang tersebut bilang kalau perfume yang bernama “Dunhill-Desire Blue” adalah perfume yang sering digunakan para lelaki yang berorientasi seks “belok”—lebih tepatnya gay, sebab gay dan waria adalah sesuatu yang berbeda, gay masih memperhatikan penampilan kelelakiannya, sedangkan waria sudah termasuk dalam Transgender/transeksual, sebab penampilannya berusaha menyerupai wanita. Sebab ketika saya mencium aroma perfume tersebut, saya benar-benar tertegun, karena perfume tersebut adalah jenis perfume yang direkomendasikan oleh sahabat saya—sahabat saya yang ketika bertemu di Bandung, bukan sahabat semasa SMA saya. Yang lebih meyakinkan saya jika jenis perfume tersebut adalah perfume yang pernah direkomedasikan sahabat saya adalah ketika saya mengingat nama perfume tersebut—namun, yang saya ingat hanyalah desire bule-nya saja, dan saya tidak tahu nama yang lebih spesifiknya lagi ketika itu.

Lantas saya sangat tertarik denga pengetahuan yang sudah disuguhkan oleh penjual perfume tersebut. Dia juga menjelaskan lagi, selama 5 tahu ia berjualan perfume di Kota Bandung ini, perfume jenis itulah yang sering digunakan para lelaki berorientasi seksual menyimpang sebagai wewangian untuk badan dan tentunya juga sebagai perfume khas mereka. Sebab akang itu juga berkata, “Coba jika kalian pergi ke Pub atau Diskotik dan klub-klub malam, pasti jika seorang lelaki menggunakan perfume beraroma seperti ini, berarti dia gay. Karena perfume jenis ini digunakan para lelaki gay untuk menjadi ciri bagi para sahabat gay lain untuk mengisyaratkan bahwa dia juga gay.” Ujarnya.

Mendengar tuturan itu, saya menjadi semakin terbelalak. Bagaimana kalau saya benar jadi untuk membeli perfume jenis itu? Pastilah nanti jika saya sedang dekat dengan gay, saya juga dipikir sebagai seorang yang berorientasi seks menyimpang. Saya benar-benar tak habis pikir dengan sahabat saya yang telah merekomendasikan saya untuk membeli perfume jenis itu. Entahlah, gerangan, apakah dia benar sudah tahu sedari awal jika perfume jenis itu adalah perfume yang hanya digunakan oleh lelaki yang berorientasi seks menyimpang, ataukah memang dia tanpa sengaja tidak mengetahui kalau perfume jenis itu sudah diklaim para penjual perfume bahwa perfume jenis itu merupakan perfumenya para gay. Sebab jika sahabat membeli perfume jenis itu, pastilah para penjual perfume dalam hati menduga jika sahabat adalah seorang gay. Apalagi jika sahabat membelinya dengan ditemani seorang yang juga sesama jenis.

Untuk benar atau tidaknya tentang filosofi perfume tersebut, barangkali sahabat bisa mempertanyakannya kepada penjual perfume yang berada di terdekat sahabat. Tentulah sahabat harus mempertanyakan ini kepada penjual perfume yang sudah berpengalaman. Dan saya sudah berusaha membuktikannya dengan mendatangi beberapa toko perfume di Kota Bandung, dan beberapa toko tersebut berkata seraya membenarkan tentang pernyataan tersebut. Hmmm…***


Catatan Buku #1: Catatan Kecil Tentang Dia (Sebuah Catatan Kecil Tentang Guruku)

Sebenarnya sejak lama saya menunggu kehadiran buku mungil bersampul merah tersebut. Sebab saya tidak sabar untuk melihat kali keduanya karya saya dipublikasikan dalam sebentuk buku.

Dan kemarin, saya menerima paket dari GagasMedia berupa dua amplop warna orange dan satunya lagi amplop putih yang ketiganya direkatkan menjadi satu bagian. Setelah saya menerima paket tersebut lantas saja saya buka, sebab penasaran mengenai apa isi dari paket tersebut.

Sedikit terkejut sebenarnya ada, sebab paket yang dikirim untuk saya adalah empat ekselempar buku bersampul merah dengan judul, “Catatan Kecil Tentang Dia”. Dengan sedikit kegembiraan yang menyemburat pada diri saya, lantas saya langsung dengan tidak sabarnya membaca buku tersebut. Saya baca dengan seksama setiap tulisan yang tertera pada cover buku itu, dan dengan telitinya menamati keunikan cover buku Catatan Kecil Tentang Dia.

“Inilah sebuah persembahan sederhana bagi dia, sang pahlawan tanpa tanda jasa.” Begitulah sebuah kalimat yang saya baca pada bagian belakang cover buku tersebut. Benar sekali, buku tersebut adalah sebuah persembahan yang begitu memikat dari kami—para peserta didik—teruntuk sang guru.

Setiap cerita ditulis dengan bumbu bahasa sesuai karakter sang penulisnya masing-masing. Sehingga menghasilkan rasa yang begitu menggugah selera baca. Apalagi dikemas dalam sebuah buku dengan cover yang unik dan cantik.

Di setiap bagian cerita, ditulis oleh sang pengarang dengan penuh apa adanya. Cerita yang mengalir begitu haru dan lugu. Penuh kesederhanaan namun tetap bergizi untuk di baca. Sebab buku ini mengandung banyak vitamin ilmu yang begitu menginspirasi buah pengalaman yang terjalin antara sang penulis dan para pendidik.

Jujur saja, dari semenjak diumumkannya pemenang Sayembara Menulis Tentang Guru GagasMedia 2008 lalu, saya tidak sabar untuk cepat membaca karya pemenang lain. Dan ketika saya baca satu per satu, sebenarnya saya sedikit manyun dan iri, sebab saya menilai bahwa karya para pemenang lain jauuhhh lebih bagus ketimbang dua karya saya. Mereka sepertinya benar-benar menulis dengan hati. Sehingga tidak heran jika karya yang mereka persembahkan begitu menyentuh dan penuh inspirasi. Saya banyak menemukan kisah menarik dan begitu memikat dari karya rekan yang lain.

Bahkan, kemarin ketika saya mengirimkan paket yang berisi dua ekselempar buku “Catatan Kecil Tentang Dia” tersebut kepada guru pembimbing favorit saya di SMA. Saya juga melampirkan surat yang diantaranya berisi tentang saya yang tengah berkecil hati, sebab karya saya banyak disaingi oleh generasi penulis—yang saya akui begitu hebat—dalam buku kumpulan cerita tersebut. Namun, saya sadar, bahwa saya tidak sepatutnya berkecil hati, sebab seharusnya saya bukan malah bertindak seperti itu, tetapi seharusnya saya menjadikan pengalaman ini sebagai suatu hal yang berarti demi kemajuan karya saya.

Saya berucap salut kepada para penulis dalam buku tersebut. Mereka memang hebat, mampu meracik kata yang menarik sehingga menjadikan kisah mereka jadi lebih berbobot. Ditambah lagi dengan adanya pengalaman-pengalaman selama menjadi siswa yang menambah karya mereka kaya akan gizi bagi asupan pengalaman bagi pembaca. Sangat benar jika buku ini bukan hanya untuk para pelajar saja, namun, lewat buku ini, para guru pun bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang kami tuturkan.


Dear My Best Teacher


Bandung, 07 Oktober 2009

Dear my best teacher,


Semoga surat pertama yang saya kirim teruntuk Ibu ini dapat sampai ke tangan Ibu. Terhitung barangkali sudah hampir enam bulan saya tak pernah lagi tahu keadaan Ibu. Maaf, bukannya saya lupa, sebab jujur saja saya malu kepada ibu, sebab saya ingin bertanya kabar tanpa memberikan oleh-oleh berupa kabar gembira dari saya untuk Ibu. Baiklah, barangkali pembuka surat ini saya hanya ingin menanyakan kabar dari Ibu: “apa kabar, Bu?” Satu harapan, semoga sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Bersama dengan surat ini, juga saya kirimkan teruntuk Ibu beberapa oleh-oleh dari hasil karya saya beberapa waktu lalu, berupa buku antologi prosa yang bertemakan tentang guru. Barangkali ini adalah kado terspesial teruntuk ibu dan para guru lain dari kami—sebab buku yang saya kirim ini bukan sepenuhnya milik saya, hanya saja saya ikut menyumbangkan dua buah cerita saya dalam buku tersebut—dalam judul: “Catatan Kecil Tentang Dia”. Meski cerita karya saya bukan merupakan kisah tentang Ibu, tetapi saya harap Ibu dapat berbangga sebab atas didikan Ibu saya bisa menjadi seorang yang mengerti dunia kepenulisan dan sastra. Jujur, saya bangga pernah memiliki guru seperti Ibu. Sosok guru yang mengerti akan anak didiknya. Sosok guru yang bagi saya—dan barangkali bagi semua siswa—adalah guru yang HEBAT! Sangat pantas jika Ibu dahulu bisa mendapat anugerah berupa Guru Berprestasi tingkat Nasional.

Ibu, buku mungil bersampul merah yang saya kirimkan untuk Ibu ini merupakan karya hasil saya memenangi sayembara menulis cerita untuk guru dan beberapa cerita penulis remaja lain. Di dalam surat ini, saya ingin bercerita banyak, banyak sekali, sekiranya Ibu dapat membaca curahan hati saya ini dengan tanpa bosan.

Bu, sebenarnya sekarang saya sedang proses penerbitan Novel saya yang sejenis Metropop yang bekerjasama dengan sebuah penerbit buku yang ternama di Indonesia. Saya bingung dengan judul yang saya pilih untuk novel saya—bukankah Ibu juga ingat kalau kelemahan saya dalam menulis adalah ketika harus membuat judul? Hehe. Awalnya saya membikin judul untuk novel saya tersebut “Just Mask of Love: Rahasia di balik topeng cinta”. Kemudian oleh sebab novel saya tersebut ditolak oleh sebuah penerbit X, maka saya merevisi total novel saya tersebut dengan judul: "Filosofi Ungu". Tapi gagal lagi setelah ada komentar katanya kurang nyambung dengan isi cerita. Maka saya mengganti lagi dengan judul: "Jejak Pelangi". Dan juga ada pilihan judul lain yakni: "Prahara Asmara"—namun karena "Prahara Asmara" sudah dipakai oleh novelis Zara Zetirra Zr untuk judul novel karyanya, maka saya mengganti judul novel saya tersebut dengan judul: "Dilema Asmara", dan sudah mendapat konfirmasi dari pihak penerbit kalau novel saya sekarang sedang proses untuk pencetakan.

Beberapa hari yang lalu hingga sekarang, sejak saya tahu buku karya saya yang sedang di edit, saya benar-benar kurang puas. Sebab karya saya banyak peng-editan dan sangat banyak adegan yang menurut saya nyawa dari karya saya tersebut dihapus oleh sang editor saya. Sebenarnya saya akan mengajukan komplain, sebab cerita saya ini kurang “gue bangeeetttsss”. Ya, tapi apalah daya saya, sebab saya adalah penulis yang belum punya nama sehingga saya tidak berani untuk mengajukan saran tersebut. Jika Ibu membaca dan membandingkan karya saya yang aslinya, pastilah Ibu akan tersenyum lalu geleng-geleng, dan berkomentar pasti inti ceritanya lebih menyentuh dari cerita sebelum penyuntingan—samahalnya yang dilakukan oleh dosen saya yang saya mintai pendapat walau pun hanya sebuah sempel saja.

Ngomong-ngomong soal dosen yang beberapa waktu lalu saya mintai pendapat tersebut, setiap saat melihat beliau, pastilah saya akan teringat Ibu. Sebab saya merasa banyak kesamaan dosen English for Business saya tersebut dengan Ibu. Entah kenapa setiap saya tengah berdiskusi dengan beliau, saya serasa tengah bersama Ibu. Dosen saya tersebut juga seorang penulis, dan sekaligus penerjemah. Beliau memiliki hobby seperti saya: membaca, menulis.

Oh ya, Bu, sekarang saya melanjutkan pendidikan saya di Jurusan S1 Telecommunication Business Management and Informatics - Fakultas Business Telecomunication and Media – Institut Manajemen Telkom. Barangkali jurusan ini melenceng dari bakat saya: yang saya sadari ternyata bakat saya di bidang seni dan sastra. Namun, secara jujurnya saya juga ingin mengembangkan minat saya di bidang Teknologi dan Telekomunikasi. Sebab saya bercita-cita menjadi seorang berkedudukan di sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini. Hehehe... tak apa kan kalau hanya untuk bercita-cita. Sebab saya yakin jika cita-cita saya tersebut suatu saat dapat terwujud. Amin!

Oh ya, Bu, buku yang saya kirim ini satu untuk Ibu, dan satunya lagi saya sumbangkan untuk perpustakaan sekolah. Hehe… maaf lengkap dengan tanda tangan, sebab saya berobsesi pengen terkenal. Hehehehe…. Saya sekarang menyadari, kalau ternyata cerita saya yang dalam buku tersebut kurang “dapet”. Dan jika dibandingkan dengan karya remaja lain dalam buku tersebut, barangkali saya di rank terakhir. Hiksss…. Meski saya kurang puas dengan karya saya dalam buku, “Catatan Kecil Tentang Dia” ini, namun rasa puas saya terobati setiap saya membaca karya prosa saya yang beberapa waktu lalu memenangi "Lomba Cipta Cerpen 09". Meski tak Juara I, tapi cukup ada kebanggaanlah! Hehehe….

Baiklah, Bu, barangkali cukup sekian dulu surat dari saya. Saya juga minta doa restu untuk melangkah lebih maju. Sebab ketika saya mengingat akan kebersamaan saya dan para sahabat bersama Ibu, saya pasti akan melelehkan air mata. Dan saya pasti tak mampu membendungnya. Hanya yang bisa saya lakukan adalah membiarkannya mengalir dengan penuh penghayatan. Sebab saya adalah sosok murid yang bandel dan pernah membuat Ibu susah ketika saya GAGAL dalam presentasi LKTI Sejarah Derah Sumatera Selatan, tahun lalu. Saya benar-benar malu, Bu, ketika itu. Saya menganggap diri saya telah gagal sebab saya tidak bisa menampilkan performance terbaik saya ketika saya tengah disaksikan Ibu, sang guru yang menjadi kebanggan saya, dalam presentasi tersebut. Sebab waktu itu jujur saja, saya down ketika saya dengar langsung bahwa saya dan pemapar di sesi tersebut akan didiskualifikasi sebab ada api kemarahan yang tersulut ketika itu. Saya malu, Bu, sebab saya merasa gagal, saya cengeng, dan saya benar-benar merasa tidak berarti ketika itu. Sebab, mengapa saat penampilan saya disaksikan guru saya tetapi saya malah mengacaukan. Bahkan, ketika saya harus presentasi di ajang seperti "Jawara Lifebuoy Clear Skin 2007" lalu, saya merasa saya telas sukses besar, sebab saya bisa menampilkan performance terbaik saya di hadapan khalayak ramai dan banyak para pesohor Indonesia yang menyaksikan saya, dan bahkan aktivitas saya ketika itu banyak direkam oleh media.

Tapi tak apalah, sekarang saya sadar, bahwa saya yakin di balik semua itu, pasti ada hikmahnya. Di balik kegagalan saya berpresentasi ketika itu, saya yakin, barangkali Allah telah merencanakan sesuatu yang terbaik untuk saya. Amin!

Terimakasih, Bu, atas perhatiannya…

Salam.


PS: jika Ibu mau meluangkan sedikit waktu Ibu untuk menilik perkembangan saya dalam berkarya, barangkali Ibu bisa mampir di situs blog saya: http://singkong-gorengs.blogspot.com



Yours sincerely,

J.A


Andai Aku Di Antara yang Tertimpa Bah Itu

Sajak persembahan teruntuk sahabat korban gempa Jawa dan Sumatera beberapa waktu lalu...

. . .

Andai aku di antara yang tertimpa bah itu, apa yang akan aku lakukan?
merasakan bencana yang datang tanpa diduga
secara tiba-tiba meluluhlantakkan semua
meratap pedih sebab kehilangan yang aku punya:
jiwa
keluarga
harta benda
dan segalanya

Andai aku di antara yang tertimba bah itu, apa yang akan aku lakukan?
merintih perih
jerit kesakitan
desah kegalauan
gelisah berkepanjangan
isak tangis membuncah pada raut nun sendu
hanya bertemankan kidung pilu yang mengaung bagai rebab di penghujng malam
hanya ketabahan dan rasa ikhlas yang mampu buatku tegar mengarungi cobaan
dikeheningan mencekam bercampur aroma kematian

Andai aku di antara yang tertimpa bah itu, rasa hati pastilah sendu
dan puji syukur bahwa takdir tidak membawaku ikut hanyut dalam petaka itu
itu pertanda bahwa Tuhan masih menyelamatkanku demi membantu mereka
agar aku bisa berempati dan saling berbagi kasih membantu sesama


Bandung, in the kost 041009, pkl 21.43pm


Bulan Putih #1

Jumali Ariadinata




Kepergian kami untuk meninggalkan rumah penuh kenangan yang tepat berada di tengah kota metropolitan Jakarta, sangat membuatku kacau. Sebab semua ini kami lakukan demi mamaku tercinta. Aku, Mas Al dan Dinar adikku ingin membantu sosok Mama untuk menghapus tuntas semua luka pedih dihatinya.

Sungguhlah hatiku ini selayaknya digores dengan selenjar belati setiap kali mengingat momentum beberapa tahun silam. Ayahku yang kami nilai selama ini sangat baik, penuh kasih pada keluarga, kini menikah lagi tanpa ijin dari Mama dan kami sebagai anak-anaknya. Dan yang lebih memilukan, perempuan yang sangat aku benci karena merebut Ayah dari Mama adalah sepupu Mamaku sendiri.

Menyebut namanya saja sebenarnya aku tidak sudi, apalagi menerima sosoknya untuk menjadi istri kedua Ayah, aku janji dalam lubuk hatiku yang paling dalam, tidak akan pernah rela menerima wanita itu sebagai istri Ayahku. Aku janji tidak akan pernah sudi, hingga namaku tertulis di batu nisan pun aku tidak akan pernah rela, sebab istri Ayah hanya Mama, wanita tegar yang telah melahirkan aku, mas Alfrino dan Dinar adik perempuanku.

Aku tidak habis pikir, sungguh teramat teganya perempuan itu membalas kebaikan Mama dengan cara yang laknat seperti itu. Mama mengajak perempuan itu jauh-jauh dari Sumatera ke Jakarta agar dia mendapat pekerjaan yang layak, serta agar dapat membantu perekonomian keluarganya di kampung.

Tapi ternyata, hingga malam itu kepahitan kembali menimpa hidup kami, terutama Mama. Pasalnya malam ketika itu sosok anak perempuan yang masih berusia balita dikenalkan pada kami. Aku baru tahu kalau selama ini aku mempunyai sosok adik lain.

Aku sangat benci dengan Ayah tapi rasa cintaku padanya jauh lebih besar, aku sangat menghormatinya. Tanggunag jawabnya terhadap kami sebenarnya tidak berkurang. Rumah baru yang kami datangi ini adalah sebuah hadiah khusus dari Ayah untuk Mama, entah apa maksud yang sebenarnya. Dan yang lebih aneh hampir disetiap sudut-sudut ruangan terpajang foto-foto Ayah dan Mamaku, aku sebenarnya tidak tahu pasti apa sebenarnya maksud Ayah, tapi mungkin Ayah ingin mengurangi rasa sakit hati mama akibat dilukai dengan tingkahnya itu.

Di tempat lain dengan kawasan yang sama yaitu di daerah Jakarta, sekitar beberapa kilometer dari rumah baru kami, Ayah mendirikan rumah untuk perempuan itu diatas tanah yang seharusnya menjadi hak Mama. Akan tetapi menurut informasi yang kami dapat, rumah yang didirikan ayah untuk perempuan itu jauh lebih kecil dari rumah kami. Tapi hatiku tetap ada perasaan tidak ikhlas, karena hak yang seharusnya menjadi milik mama sudah dirampas.

*

Menurut pandangan Dinar adikku, sebenarnya perhatian Ayah banyak tercurah untuk aku dan mas Al. Menurut penuturan teman-teman sekantornya, Ayah sering menyebutku sebagai anak yang berbakti, cerdas dan bisa diandalkan untuk menjadi harapan keluarga.

Kalau Mas Al, barangkali karena anak sulung, semua yang Mas mau selalu dipenuhi oleh Ayah, sayangnya Mas Al kurang bertanggung jawab atas semua pemberian Ayah. Mobil baru yang dibelikan ayah tidak pernah nongkrong di garasi rumah, malah mobil tersebut dia pergunakan untuk sibuk mengantar-jemput pacar dan teman-temannya. Sehingga karena di manja oleh ayah, Mas Al jadi sosok anak yang memberandal. lulus SMA dia memang sengaja tidak mau melanjutkan kuliah karena tahu bahwa Ayah bakal kecewa. Karena itu Mas Al memang sengaja ingin menyakiti hati ayah atas perbuatan Ayah yang menduakan Mama.

*

Sebenarnya aku sadar bahwa ada yang salah dalam keluarga ini. Tapi aku merasa semua merasa seolah-olah baik-baik saja dan cenderung mencoba mencari aman. Hingga maut yang pada akhirnya telah menjemput Ayah.

Sebelum maut menjemput beliau, Ayah sempat berkata padaku, dia ingin aku menjaga dan membiayai sekolah buah hatinya dari isteri keduanya. Jika memang Tuhan memberi tahu kalau itu adalah pesan terakhir ayah, barangkali secepat kilat aku akan bilang “Tidak mau!”

Dan aku selalu tidak kuasa melarang sosok bocah cilik buah hati ayah dan isteri keduanya itu mencium ayah untuk terakhir kalinya, sedangkan aku hanya bisa menangis histeris dalam hati, sedang mataku tampak basah dan berkaca-kaca.

“Ya Tuhan, tolong aku untuk bisa memaafkan”

Kemudian kutatap mata bening bocah itu. Tampak kulihat ada rasa takut pada mata itu. Sebenarnya sempat terlintas rasa kasihan pada sosoknya, akan tetapi rasa itu secepat kilat kembali berubah benci begitu mataku beradu pada mata ibu bocah itu.

Bersambung...


Catatan Kecil Tentang Dia: Sebuah Catatan Kecil Tentang Guruku

Judul : Catatan Kecil Tentang Dia
Penulis : 25 Pemenang Sayembara Menulis Tentang Guru
Harga : Rp33.000
ISBN : 979-780-367-4
Jumlah halaman : xii + 240 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm

Saya mau membuka rahasia kami. Jujur, kadang kami sedikit mencemooh saat Ibu mulai menanyakan nama-nama lain dari majas. Saya sendiri sering berpendapat, itu semua seperti tak ada gunanya, seperti kaset rusak saja yang terus mengulang setiap katanya. Namun, lama-lama saya sadar, saya salah. Pelajaran dengan model "kaset rusak" itu terbukti cukup efektif untuk menghafalkan beberapa nama-nama yang aneh dari majas.

Catatan Kecil Tentang Dia adalah ekspresi jujur dan apa adanya atas kenangan yang terjalin antara murid dan sang pendidik. Kita akan menemukan rangkaian cerita menarik dari sudut pandang seorang pelajar di buku ini. Cerita-cerita di dalamnya juga membuat kita berhenti sejenak untuk memikirkan apa sesungguhnya saling belajar itu. Tak hanya murid yang belajar dan sadar, para guru pun bisa belajar dari kisah-kisah yang mereka tuturkan.

Inilah sebuah persembahan sederhana bagi dia, sang pahlawan tanpa tanda jasa.

"Membacanya membuat saya tiba-tiba ingin memeluk guru saya."
- Ita Sembiring, penulis dan pengajar - La Casa ad Educare, Pusat Studi Guru Indonesia

"Rasanya cerita tentang guru nggak akan ada habisnya. Selalu saja ada yang seru, haru, kesel, senang, dan campuran rasa lainnya."
- Vivid Argarini, Editor in Chief Aneka Yess! dan Keren Beken