Catatan Kecil Zuma: 10 Resolusi 2010

Sejak dulu, ritual membuat resolusi awal tahun seolah jadi keharusan. Meskipun tidak banyak, namun setiap orang selalu berusaha menyempatkan diri menyusun daftar beberapa keinginan yang berebut untuk diwujudkan ketika tahun berjalan—termasuk gue. Meski terkadang hal itu menjadi mimpi yang senantiasa menggelayut bagai asa kosong.

Namun, siapa bilang mimpi adalah asa kosong bagai para pemurung yang menghabiskan waktu di dunia sempitnya? Sebab mimpilah yang membuat dunia berubah, mimpilah yang telah menunjukkan keperkasaan para pelaut untuk bisa menaklukkan ombak besar dan menciptakan peradaban baru yang mengukir wajah dunia seperti sekarang ini. Mimpilah yang membuat perubahan dalam suatu peradaban. Mimpi jualah yang membuat ribuan maha karya seni tercipta dan menjadi inspirasi banyak orang untuk bisa mengekpresikan perasaannya.

Di awal tahun ini, seharusnya kita coba untuk sedikit mengevaluasi. Apakah resolusi-resolusi yang lalu itu cuma sebatas keinginan atau bahkan formalitas untuk mengisi ritual awal tahun? Maka, menyongsong tahu baru kali ini, jangan biarkan resolusi hanya sebagai suatu formalitas dan pelengkap ritual awal tahun belaka. Ya, seperti yang gue coba lakukan di tahun ini. Semua resolusi hanya omong kosong. Meski beberapa di antara dapat nyata terwujud: lulus UN, masuk perguruan tinggi, bisa menerbitkan beberapa buku meski banyak ditolak dan di”kampreti” sama salah satu penerbit gelap! Ahahaha... sudahlah, itu sudah lalu, dan sekarang, gue coba mengganti resolusi yang lebih fresh, di antaranya:

1. Awal 2010 harus bisa punya kendaraan. Sebab di Bandung gue tersiksa banget. Mau ke mana-mana harus naik angkot. Macet pula! Kadang setiap ada acara, gue selalu ngaret dan banyak orang-orang di sekeliling gue yang manyun kesal atas keterlambatan gue.

2. Harus jadi penyiar di radio yang gue incar: “lantai 14 atau di Setiabudhi.” (hadooohhh radio mana tuhh???)

3. Nerbitin novel yang ada soundtrack lagu + puisi yang diapresiasikan oleh gue feat Dian Sastro (ahahaha... hadooohhhh khayalan gueeehhh!!!)

4. Syukur-syukur ada dana buat merealisasikan self publishing ZumaPustaka, dengan first book publishing-nya naskah-naskah karya gue. Itung-itung biar jadi entrepreneur muda. Hhihi... amiinnn!!!

5. Target 2010 harus melengkapi sahabat di tiap-tiap negara di seluruh penjuru dunia, selain Indonesia. Itung-itung demi bertukar pengalaman dan tentunya demi memperlancar english gue yang benar-benar masih BERANTAKAN!!!

6. Target 2010 harus bisa nyicip semua makanan khas Bandung dan tempat romantis di Bandung sama “beib” gue.

7. Tetap aktif berkarya dan minimal menghasilkan 3 judul buku—dalam format apa aja: baik novel atau kumpulan prosa—dan minimal 15 judul cerpen yang tersebar di beberapa media di tahun 2010,

8. Harus memperbanyak intensitas membaca buku, dan tetap up date dengan dunia perfilman, (dengan tidak menjadi seorang cupu!)

9. secret! (pribadi)

10. secret! (pribadi)

Catatan Kecil Zuma: Teknik Reportase

Tutor gue kemaren pas di Radio Broadcasting School adalah Ricky Luven dari Rama FM. Utamanya dia mengajarkan pada kami tentang teknik reportase. Tetapi, secara nyatanya, dia mengajarkan kepada kami (khususnya gue) banyak hal. Perawakannya yang lembut dan kocak begitu membuat gue tak hentinya terbahak dari awal sampai akhir acara. Sebab banyolannya benar-benar segar dan (sungguh) membuat gue begitu mengidolakannya.

Reportase merupakan suatu kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan. Sedangkan menurutnya, antara berita dan informasi adalah sesuatu yang berbeda: Sebab berita tidak selalu menjadi informasi untuk khalayak, sedangkan informasi selalu menjadi berita bagi audience.

Informasi terbagi menjadi 3: data, factor dan keterangan. Dan informasi sendiri memiliki 2 jenis, diantaranya formal dan infirmal.

4 teknik dasar reportase:
- teknik menulis
- teknik membaca
- teknik vocal
- suara yang standar

Sedangkan pedoman dasar reportase adalah:
- accurat: singkat, padat dan jelas.
- objective
- balance
- inpartial

Reportase harus memiliki "effect M.S.G", maksudnya di sini adalah agar cita rasanya bahasa dan laporan kita keluar. Dalam hal ini, buat orang lain melihat apa yang kita lihat dan buat orang lain merasa mendengar apa yang kita dengar. Waktu untuk reportase hanya berkisar minimal 1-3menit dan maksimal 5 menit.

Ada 3 sesi yang harus gue lalui buat ber-reportase. Namun, yang akan gue tampilkan dalam catatan kecil gue ini hanya contoh berikut ini:

rumus dasar: 5W+1H

What: "Gue Cinta Indonesia"
Who: Raditya Dika, Pandji "Kena Deh!"(merupakan pendiri #IndonesiaUnite! MC: Abee dan Akay dari 99ners
Where: Kampus 1 IM Telkom, daerah Telkom Learning Center
When: 13 Dec 2009, 01-05pm
why: Talk Show tentang Indonesia Unite sekaligus bedah buku Raditya Dika. Doorprize, hiburan; sekolah musik Hary Roesli
How: Laporan pandangan mata.

Kemudian gue baca begini:

99ers the funy funky station. Halo sahabat 99ers, lagi apa nih sekarang? Kalo gue sekarang lagi ada di satu event yang bertajuk "Gue Cinta Indonesia". Di mana itu adalah sebuah acara talk show tentang Indonesia Unite sekaligus bedah buku penulis besst seller "Kambing Djantan" Raditya Dika, lho! Selain itu, di acara ini kalian akan ada banyak doorprize yang seru dan menarik. Hmmm... ada juga hiburan dari sekolah musik Hary Roesli. Dan di sini juga selain ada Raditya Dika, juga ada Pandji "Kena De!" yang merupakan pendiri #IndonesiaUnite!. Kalau lo pengen dateng, dan meet and greet bareng Raditya Dika, lu bisa beli tiketnya terlebih dahulu seharga cuma 50.000perak. Lu bisa ngobrol bareng sama Raditya Dika, lu bisa photo bareng, minta tandatangan dan lu bisa aoa aja deh. hehehe.... Dan untuk tiket ikutan talk show-nya sendiri, cuma 25.000perak doang! Makanya, buat kamu yang belum dateng, cepetan dateng sekarang, sebab lo bisa beli tiket secara on the spot! Dan kalo ada niatan buat dateng nih, dateng aja deh di Kampus 1 IM Telkom, daerah Telkom Learning Center, Gegerkalong Hilir. Acaranya cuma di gelar hari ini, INGAT!!! Cuma digelar hari ini mulai pukul 1 siang sampai pukul 5 sore. Makanya, sekarang masih ada waktu beberapa jam lagi untuk ikutan acara ini. Datang dan bawa temen kamu banyak-bayk, serta raih doorprizenya yang keren-keren!

Demikian laporan Zuma, kita kembali ke studio.


Catatan Kecil Zuma: Pertanyaan Bego buat Raditya Dika

Hari ini sebenernya gue ditugasin oleh Madig Kampus gue buat ngeliput acara “Gue Cinta Indonesia”—di mana dalam acara itu akan diisi oleh penulis buku-buku kocak, Raditya Dika, dan pencetus #IndonesiaUnite, Panji “Kena Deh!”—dan rencananya hasil liputan gue itu juga akan gue bagikan informasinya buat majalah kampus gue, tapi semuanya GATOT alias Gagal Total. Soalnya dalam acara tersebut, setiap perwakilan bidang informasi harus hanya mengirimkan satu wartawan. Dan rencana awal sih gue yang ditugaskan, tapi, berhubung temen gue ngeebeeet bangat pengen meet and greet sama Radit, sampe akhirnya gue kasihkan dah tiket itu ke dia.

Dan sebelum acara tersebut dimulai, ketika di basement, gue ketemu sama Panji ‘Kena Deh!’. Dengan gagahnya dia keluar dari mobil pribadinya dengan mengenakan celana pendek warna putih dan t-shirt merah bertuliskan sesuatu nama yang gue lupa! (hehe) Gue yang kebetulan tadi bareng sama temen gue, sedikit rada aneh dengan artis satu itu. Dalam hati gue bertanya-tanya: “Kok artis tapi gak ada manajernya, ya? Nggak kaya artis-artis laen.” Dan temen gue bisik-bisik sama gue, “artis tapi kok kayanya biasa banget, ya?” katanya, “Eh, mumpung dia masih di dalem mobil, mending kita samperin yok! Kita ajak photo bareng.” Tambah temen gue. Sejenak gue mikir. Hmm... dalam pikiran gue berkutat, ada beberapa kemungkinan jika Panji kami samperin:

1. “Ya elah, siapa pula nih anak kecil item berdua, pasti Cuma anak kuliahan sini yang lagi pengen tahu tentang #Indonesia Unite!”
2. “Hmm... boljug nih penggemar, siapa tahu malah bikin gue tenar.”
3. “Eitsss, entar dulu, maksudnya apa nih, jangan-jangan Cuma wartawan yang pengen jelek-jelekin nama gue”
4. “Halaahhh... paling Cuma anak kuliahan yang ngefans sama lagu-lagu gue. Tapi, kalau dilihat dari tampang, kayanya gak mungkin deh mereka suka sama jenis musik gue, soalnya tampangnya rada kusut dan dekil gitu”
5. “Yeaahhh.... tambah dua lagi yang bisa gue add di Facebook ato Twitter”
6. “Ah, pasti nanti Cuma menuh-menuhin inbox gue.”
Hehe... begitalh pikiran buruk yang terus menggelayuti otak gue. Sampai akhirnya, karena terus berkutat antara ragu dan mau, sampai kahirnya Panji sudah keluar duluan dari mobilnya dan dijemput oleh dua orang cowok sama cewek untuk masuk melewati lift basement. Temen gue langsung bertampang sok nggak asik.

Dan ketika acara mulai, sebenernya pas di sesi Raditya Dika, gue pengen nanya banyak hal sama dia, tapi, berhubung gue nggak ditunjuk-tunjuk sama dua host-nya, akhirnya gue harus menyimpan dengan penuh kebimbangan akan pertanyaan-pertanyaan gue untuk Radit. Sebenernya gue pengen banget ikutan acara meet and greet bareng dia, tapi... hiksss hiksss tiket terbatas. Tapi, kalo keinginan gue terwujud buat ketemuan sama dia, gue mau nanya apa, ya?

1. Radit, kenapa sih lo lebih milih untuk menjadi penulis novel kocak dan dengan bahasa yang menurut gue miskin diksi? Kenapa elo nggak mau menjadi penulis novel-novel romantic syahdu yang mendayu-dayu kaya penulis semacam Eddy D. Iskandar, Andrei Aksana atau Dewi Lestari, atau Ayu Utami, mislanya?
2. Bagi tips dong supaya naskah gue bisa diterbitin di penerbitan buku lo!
3. kenapa sih lo mau mengidentikan diri dengan sosok yang “bego”? maap, ini bukan atas pernyataan gue, tapi gue mendapatkan pertanyaan ini ketika gue membaca buku-buku lo atau cover-cover buku lo dan ketika gue baca satu buku yang ditulis oleh team editor yang nerbitin buku lu, yang judulnya: “Tolong, Radit Membuat Saya Gila”.
4. Kenapa judul buku-buku lo selalu nyantumin nama binatang, dari Kambing Djantan sampe yang sekarang menjadi proyek lu, “Marmut Merah Jambu”?
5. Oh, ya, kalau buku-buku lo yang laen bakalan difilmkan lagi, cocoknya siapa yang bakalan menjadi tokoh utama film lo lagi? Pilih, Raditya Dika, Raditya Dika, atau Raditya Dika?
6. Oh, ya, kenapa sih buku lu bisanya cuma muat cerita-cerita pendek lu doang? Kenapa nggak bikin satu cerita utuh dengan satu tema tapi dalam format novel? Inget, Dit, gue nunggu-nunggu banget tulisan lo dalam sebentuk novel!
7. Gimana rasanya sebagai cowok yang pernah nembak 7 kali tapi ditolak 9 kali?
8. Lo bukan perokok, ya? Kalau lo mau ngerokok, mau rokok apa?
9. Apakah lo sering denger komentar-komentar pahit tentang buku lo? Dan komentar seperti apa yang paling bikin kamu ketawa?
10. Pilih, dari talk show tadi, lo selalu nyebutin nama orang yang kamu suka sebab alesan lo itu merupakan nama Indonesia banget: Bambang dan Dito(kalo gak salah). Nah, lo lebih milih mana diantara keduanya?

Hahaha... bener-bener pertanyaan bego, ya? Maafkan gue, sebab secara jujurnya, kalo gue dikasih waktu berdua untuk menginterviw Raditya Dika, pasti gue bakalan nanya gini. Hehe...

Catatan Kecil Zuma: Coffee Crunch mcFlurry


Sejak lama gue menjadi penikmat Coffee dan Es Krim. Beberapa hari yang lalu gue sempat jalan-jalan bareng temen broadcast gue ke Gramedia Merdeka. Seketika mata gue tertuju pada satu kedai Mc Donalds. Di mana di kedai tersebut gue bisa melihat poster-poster yang terpajang dengan menampilkan beberapa gambar menarik aneka macam es krim. Hmmm... bener-bener buat gue ngiler.

Karena tertarik, langsung aja gue ngajak temen gue buat nyamperin kedai itu. Mba-mba yang jaga kedai tersebut menyodorkan buku menu Es Krim ke gue. Karena gue bingung, lantas gue tanya ke temen gue; “apa, ya, yang enak?” tanya gue, tapi temen gue itu ikut-ikutan bingung. Lantas, gue berbincang sejenak sama Mba-mba penjaga kedainya. Lantas gue tanya; “Mba, bingung mau milih yang mana.” Kata gue sembari tersengeh. Mba-mba itu tersenyum. “ada rekomendasi nggak, Mba?” tanya gue. “Gimana kalo yang ini.” Tunjuk penjaga kedai itu sembari menunjukkan pada kami sebuah brosur bergambar es krim Coffee Crunch mcFlurry.

Hmmm... sekilas ngeliat gambar itu, sumpah gue tertarik. Gue baca-baca brosurnya, kemudian gue dan temen gue sepakat untuk beli Es Krim Coffee Crunch mcFlurry itu. Uedaannn... setelah mencicipnya, gue jadi ketagihan. Rasanya enak. Perpaduan es krim, kopi, potongan kacang mede, dan ada sensai crunch yang lain. By the way, kalo lagi makan Es Krim pasti jadi teringat pacar gue. Huft, seandainya dia ada di Bandung juga, pasti gue ajak dia “mojok” di kedai tersebut. Biar dia jadi tambah sayang sama gue. Hihi... Sebab gue sama dia punya kesamaan hobby, yaitu hobby mencicip aneka Es Krim dan Coffee serta beberpa kuliner khas daerah, seperti Bandung.

Jadi, buat temen-temen pecinta Coffee dan Es Krim yang berada di Bandung, nyesel deh kalo nggak sempet mencicip Coffee Crunch mcFlurry di kedai Mc Donalds depan Gramedia Merdeka!!!

Catatan Kecil Zuma: Request Program

Yang jadi tutor gue hari ini Dj Banyu Biru dari Ardan FM. Kami latihan request program. Sebelum masuk pada sesi tersebut, terlebih dahulu Banyu banyak maparin ke kami banyak hal tentang radio broadcast. Cuma yang gue ingat petuah dari dia adalah ketika dia bilang, bahwa ciri-ciri penyiar yang bagus: banyak pendengar, dan diikuti pendengar/dimengerti. Jadi, gimana cara supaya gue bisa menjadi penyiar yang bagus tersebut, tentu dengan cara gue harus memiliki karakter unik, berani tampil dengan sajian yang berbeda, dan tentunya harus tetap pede menampilkan apa yang menjadi kemampuan gue.

Dia mengajarkan banyak hal. Diantaranya mengenai format request yang benar:

kata sapa + nama yang merequest + lagu yang direquest + salam-salam + spesial + ucapan.


Langsung aja gue performance dengan mengambil beberapa sample SMS request. Mari baca contohnya bareng-bareng:

1. Format SMS: Hallo + Ismi + Lenka(Trouble is a Friend)+ Andi, Linda dan temen-temen yang lagi ngerjain tugas + Reza + Kapan, dong main ke kostan?

Gue baca: Hallo Ismi, Ismi mau dengerin lagunya Lenka yang Trouble is a Friend. Dan kirim salam buat Andi, Linda dan temen-temen yang lagi ngerjain tugas. Spesialnya buat Reza. Ucapannya, kapan dong main ke kostan? Jaahhh, si Ismi ah, nakal! “Ngundang” banget! Tapi, Reza, ati-ati lho, jangan-jangan lu malah dibabuin buat ngebersihin kostannya Ismi. Haha...

2. Format SMS: Hy + Andien + David Archuleta (Crush) + Enda, Indah, Dewi, Cindy, Kiki + Bokap, Nyokap + Kangeeennn bangeettt...

Gue baca: Hy Andien, Andien mau request lagunya David Archuleta yang Crush, dan Andien mau kirim salam buat Enda, Indah, Dewi, Cindy, Kiki. Dan spesialnya buat Bokap dan Nyokap. Ucapannya, kangeeennnn bangeettt... hmmm... ternyata Andien anak yang berbakti juga ya sama ortu. Makanya, Andien, setelah ini, lu cepet-cepet SMS ortu lu, suruh mereka telpon elu, biar kangen lu bisa terobati. Hehe...

3. Format SMS: Hy + Tya + Agnes (Janji-janji) + Yovan, Ndha, Eci, Ayu, Uyo, Sari + Robert + Kapan lo tepatin janji-janji buat cepet-cepet ngikat cinta kita?

Gue baca: Assalammualaikum Tya, katanya Tya mau dengerin lagunya Agnes nih yang Janji-janji. Kirim salam buat Yovan, Ndha, Eci, Ayu, Uyo dan Sari. Spesialnya buat Robert. Ucapannya, kapan lo tepatin janji-janji buat cepet-cepet ngikat cinta kita?

Note: Sebelum ngomentarin SMS-nya lebih dahulu nurunin bolume track 1 dan tekan tombol start untuk lagu yang akan diputerin. Setelah itu baru komentarin SMS requestnya. (jarak antar baca SMS requestnya jangan sampe berhenti)

Huduuuuhhh... ternyataaah... si Tya ini udah nggak ketahanan lagi ya. Buat Robert, kasian tuh si Tya, Bro, udah nunggu-nunggu janji-janji kamu... daripada dia lari duluan dari pelukan lo, mendingan langsungin aja deh, Bray. Hehe...

Dan catatan dari Dj Banyu buat gue: cara penyampaian gue seperti “Ngejar Bis Kota”, mixing-nya kurang lancar, dan pernapasan kurang lancar. Cuma, dalam hati gue bilang, “Mas Banyu, soalnya lu gak tahu gimana kondisi gue saat ini. Gue lagi meriang, pilek, flu, demam, sakit kepala, dan radang tenggorokan. Jadi, suara gue rada serak dan karena hidung gue tersumbat, ya jadinya ngatur napasnya gue susah!”

Catatan Kecil Zuma: Bridging Radio Broadcast

Hmmm... sudah satu bulan ini gue ikutan sekolah radio broadcasting. Materi hari ini Bridging. Dan tutornya Abe dari 99ers. Denger kata "Bridging" sebenernya bikin gue rada mikir; "Hah, jembatan?" gerutu gue. Ya, kata "Bridging" dalam bahasa Indonesia kan "jembatan".

"Iya, Bridging dalam bahasa Indonesia memang jembatan. Tapi, bridging dalam dunia broadcast itu mengandung makna "menjembatani/menambal/menyambung" perpindahan scene yang jumping." kata tutor gue. lantas gue disuruh untuk mempraktikan langsung dengan peralatan mixer untuk menyambungkan iklan sebuah universitas dengan tips tempat-tempat romantis di Bandung. "Huduh, gimana tuh?" gerutu gue yang memang rada telmi (telat mikir) hehe...

Sampai akhirnya penampilan gue dapet apresiasi berupa keprokan tangan dari temen-temen dan tutor gue(cieeellaaahhh! Sombong ya gue) hihi... Simak deh bridging gue pada materi kali ini;

ARS International University (:ini pihak iklan yang meminta gue mempromosikan universitasnya)

Gue mulai ngoceh: "Mau tahu banyak tentang ARS International University? Atau lo mau dapet hadiah yang seru? Dateng dong ke acara Funky Zone di DSE Dago malam minggu tanggal 2 Agustus 2009.

ARS International University bakal di kupas tuntas cuma di Funky Zone 99ers! Selain itu banyak banget acara keren yang digelar! Dan ada bagi-bagi hadiah juga!!!"

(Nah, iklan itu habis sampe sini, terus gue langsung nyambungin iklan tersebut dengan tips tempat-tempat romantis di Bandung dengan memakai ide materi dari gue sendiri)

Gue sambung iklan di atas; "Dateng dan sekalian bawa pacar lo aja, di sono lu bisa malem mingguan. Sekalian setelah balik dari sono lu bisa langsung malem mingguan di tempat-tempat romantis di Bandung.

Hmm... ngomong-ngomong soal tempat romantis di Bandung, makanya terus stay di 99ers FM, sebab gue punya daftar tempat romantis yang ada di Bandung, yang bisa jadi referensi lo buat pacaran sama pasangan elo...."

[intro]: (diisi dengan intro lagu. Begonya gue lupa lagu apaan yang gue jadiin intro tadi. hihi...)

Setelah menekan tombol mixer 2, gue ngoceh lagi; "Kalau menurut gue, tempat yang romantis di Bandung adalah... emmm... di mana ya??? Hehe... karena gue anak baru di Bandung ini, jadi yang gue tahu cuma Gerlong. Nah, saran gue malem mingguan ke Gerlong aja! Soalnya ntar kan kita bisa langsung ngaji bareng tempat Aa Gym. Itung-itung biar bisa jadi pasangan yang nggak "neko-neko". Ya nggak, siiihhhh????"

Nah, gitu deh kira-kira gambaran materi Bridging dalam radiao tadi. Nggak susah sih, tapi cuma ribet aja waktu mengoperasikan mixer-nya tadi. Malahan terakhir ber-bridging ria tadi, gue lupa nurunin tombol mixer 1-nya. hihi... pikunness plush begokness neh gue emang!


Catatan Kecil Zuma: Pikunness

Kadang-kadang aku sering mikir, “Kenapa ya, aku sering banget kurang bisa menghapal?” Hmm… bukan hanya sulit menghapal pelajaran yang isinya rumus-rumus dan definisi-definisi, tetapi hanya untuk mengingat sebuah nama saja, adoddoddodoooo… benar-benar susah! Bukan sengaja. Aku merasa ini adalah penyakit. Ya, penyakit yang seharusnya aku sembuhkan dari tahun ke tahun, ya, barangkali penyakit pikunness. Aku tidak mengerti bagaimana penyakit ini muncul di otakku.

Pernah suatu ketika aku benar-benar mempermalukan diriku sendiri di hadapan para senior-senior saat pelantikan salah satu UKM yang aku ikuti. Aku diminta untuk menghapal nama-nama teman-teman se-angkatan dalam UKM tersebut. Aku malah dengan gugupnya menyebut nama-nama mereka dengan tambahan nama, terbolak-balik dan malah aku benar-benar tidak ingat siapa namanya—padahal waktu itu aku hanya diminta untuk menghapal 6 nama teman dalam 1 kelompok yang aku komandoi. Tapi, dengan begoness plus pikunness-nya aku tidak hapal benar dengan nama mereka. Jangankan menghapal nama teman-teman baru, menyebutkan nama teman sekelas saja terkadang aku sering lupa. Huft, benar-benar anjroott, pikunness dan begokness!!!

Pernah berpikir, mungkin otakku terlalu berharga jika dipakai hanya untuk mengurusi hal-hal seperti ini sampai sedetail-detailnya namun semua itu tidak memberikanku apa-apa untuk menjadikanku manusia yang lebih baik. Hihi… mungkin!!!


Catatan Kecil Zuma: Sang Gadis Bule


Gramedia Merdeka, Bandung. 03 Nop 2009. 7.00pm

“WAW!!!” Aku benar-benar terbelalak ketika menamati seorang gadis bule yang tengah memilah buku-buku di Gramedia Merdeka – Badung, tadi. Cantik. Tinggi. Berambut pirang. Berhidung mancung. Bibir merekah indah berbentuk daun yang hmmm... (meski sedikit ‘ngeres’ aku bilang) menarik untuk dikecup.

Nampaknya bukan hanya aku yang memasati gadis asing itu. Tapi banyak mata lelaki lain yang berjelalatan memandanginya. Malah, kulihat seorang Bapak-bapak berbadan legam berkumis baplang itu nampak tersenyum heran ketika menamati pesona gadis itu—sungguh, nampak seperti seorang “catro” yang baru sekali ini bertemu dengan “bule”.

Ketika aku sedang meneliti cover “Rectoverso” karya Dewi Lestari, gadis bule itu mendekatiku. Lantas, dia bilang, “maaf, di mana aku bisa mendapatkan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer.” Ujarnya. Sungguh, aku terbelalak tak percaya kalau gadis itu bisa berbahasa Indonesia. Meski dialegnya sedikit kaku.

Dengan masih menampakkan raut ketidakpercayaanku, aku menjawab, “mungkin, kau bisa bertanya ke bagian informasi. Eh, tapi, aku tahu di mana buku yang kau cari itu berada.” Kataku. Gadis itu nampak sedikit lega. “mari aku tunjukkan tempatnya.” Ujarku sembari bergegas menuju ke tempat buku-buku bagian sastra. Sedangkan gadis bule itu membuntutiku.

Ketika kami menemukan buku-buku karya Pram, gadis itu kembali tersenyum. Aku mengambilkan satu judul buku karya Pram untuknya, “ini salah satu judul buku tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer yang paling populer, ‘Bumi Manusia’.” Kataku sembari menyodorkan untuknya.

I already have 3 titles in this tetralogy. However, I passed Pramoedya Ananta Toer book titled “Anak Semua Bangsa”. Padahal itu buku ke-2 dalam tetralogi tersebut, bukan?” katanya.

Dahsyat, perempuan bule satu ini. Dia benar-benar hafal betul tentang buku-buku karya Pram. “Mengapa kau tidak membaca buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer yang dalam terjemahan English? Dengan begitu, kau tidak perlu bersusahpayah untuk menterjemahkan bahasanya.”

“Sebab aku memang sedang mempelajari sastra Indonesia. Baiklah, sebelumnya perkenalkan, aku Alicia Gertz dari Australia.” Katanya sembari menyodorkan tangannya padaku. Aku pun menjabat tangannya. Namun, ketika aku tengah berjabatan tangan dengannya, sungguh, rasa-rasanya tanganku enggan untuk dipisahkan dari tangan gadis itu. Sebab ketika aku menjabat tangan mulus itu, tanganku serasa menggapai sutra, halus, dan begitu lembut. Dengan gugup aku menjawab, “Aku Zuma.” Jawabku. Hanya itu.

“Apakah kau suka sastra?” tanyanya. Aku tersenyum (sok) manis. “tentu. Bukan lagi suka, tapi, aku begitu menggilainya.” Kataku (sok) lebay.

Dia tersenyum. “kalau begitu, bisakah kau beri aku referensi tentang buku-buku sastra Indonesia yang menurutmu paling bagus.” Katanya. Sorot matanya seperti memohon padaku.

“Tentu. Aku begitu mengagumi karya-karya Ayu Utami seperti, Saman, Larung, dan Bilangan Fu.” Kataku. Gadis itu terbelalak sembari mengangguk-angguk. “Oh, aku juga begitu mengagumi karya penulis Indonesia yang bukunya sedang aku bawa ini, ya, Dewi ‘Dee” Lestari. Dan ini salah satu buku karya dia, ‘Rectoverso’. Di mana buku ini juga menyertakan CD Album dari lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Dee sendiri. Di mana lagu-lagu itu juga menceritakan cerita-cerita dari buku ini. Namun, ada banyak karya fenomenal dia yang lain; Supernova, Perahu Kertas dan Filosofi Kopi.” Lanjutku. Lantas, aku mengulurkan buku Rectoverso-nya Dee itu untuk Alicia. Dia meneliti covernya.

“Hmm... nampaknya menarik.” Komentarnya.

Belum puas menjejalinya informasi tentang buku, lantas aku kembali berujar, “bukan itu saja buku-buku yang ditulis oleh penulis Indonesia yang fenomenal, tetapi banyak, ada Tetralogi “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang dua dari buku teraloginya sendiri sudah difilmkan, yakni “Laskar Pelangi” dan sekarang baru dikerjakan satu film lagi dari judul buku karyanya yakni, “Sang Pemimpi”.

“Oh, ya? Aku sebenarnya ingin membeli semuanya, tapi, aku rasa tidak sekarang, sebab aku harus mempelajari buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer terlebih dahulu. Dan, nampaknya aku tertarik dengan satu buku ini.” Kata Alice sembari menunjukkan buku “Rectoverso” itu ke arahku.

Kami akhirnya terlibat dalam banyak pembicaraan. Barangkali sudah lebih dari 30 menit kami mengobrol banyak tentang buku-buku sastra di Gramedia Merdeka tadi. Sampai akhirnya dia terprovokasi olehku untuk membeli buku-buku yang aku sarankan untuknya; Rectoverso(Dee) dan Saman(Ayu Utami). Sebab aku ingin menunjukkan pada sahabatku, Alicia, kalau sebenarnya penulis Indonesia memiliki potensi yang hebat. Dan buku-buku karya penulis Indonesia layak untuk dikonsumsi oleh penikmat baca di berbagai penjuru dunia. Meski aku belum berhasil menjelaskan semua buku dan penulis terbaik Indonesia yang menurutku patut untuk diperkenalkan oleh orang asing, tetapi aku yakin, dengan menunjukkan dua buku karya penulis Indonesia tersebut, dia akan ketagihan untuk membaca lebih banyak lagi buku-buku karya penulis Indonesia yang lain.***

Catatan Kecil Zuma: Aku Termehek-mehek


: teringat masa SMA-ku

Judul di atas benar terjadi, ya, “aku termehek-mehek”. Namun, bukan termehek-mehek oleh karena aku mengikuti acara reality show di Trans TV, tapi aku menemukan suatu kejadian yang membuatku benar-benar tak habis pikir. Dan aku hanya terpaku merenungi kejadian itu. Hingga tak lama kemudian aku langsung membuka Blog dan Facebook demi hanya untuk mencatat tentang hal yang beberapa saat aku alami itu.

Juli 2006 – April 2009...


Aku pernah bertemu dengan sahabat-sahabat yang paling mengesankan. Di mana aku bersama mereka pernah hidup selama 3 tahun dalam tembok asrama. Meski setiap 2 hari dalam seminggu kami diperbolehkan untuk Ijin Berlibur (IB), namun, kami adalah satu koloni dari beragam suku yang hidup bersamaan hingga menjadi satu keluarga besar lembaga pendidikan yang disebut sebagai SMAN GAUL—di mana artinya adalah SMAN 3 Unggulan. Barangkali itulah yang menjadikan seluruh warga sekolah kami menjadi satu-kesatuan keluarga yang saling tumbuh rasa keakraban dan terjalinlah suatu jalinan silaturahmi yang melekat secara lebih alami, ketimbang dipaksakan. [?] Aku menjadi ingat dan lantas melontar pertanyaan yang akhirnya aku jawab sendiri[memang bertindak seperti orang bodoh]. Bagaimanamana keakraban itu tidak terjalin dengan mudahnya? Sebab sistem di lembaga pendidikan kami saja begitu bagus dan [sedikit] keras. Barangkali bisa mencicip asrama SMAN GAUL adalah suatu kenikmatan tersendiri, sebab aku baru merasakannya hanya sekali dalam hidupku di mana jalinan waktu yang harus kujalani hampir mencapai tiga tahun, atau barangkali malah lebih. Di mana kami makan dengan suatu sajian yang tanpa ada beda—jika kita bersama makan di Dapur Umum. Barangkali peralatan makan yang menjadi wadah kami itu juga pernah bergantian sang pemakainya baik dengan sesama pelajar di lembaga pendidikan kami atau pun civitas yang lain.

Di asrama itu pula, aku menemukan sosok sahabat yang benar-benar beragam sifat dan perangai. Namun, meski aku anak Ilmu Sosial, tetapi aku juga sangat akrab dengan pelajar Ilmu Alam di lembaga pendidikan tersebut, bahkan dengan senior dan junior kami pun saling terjadi sebuah keakraban.

Masuk dalam asrama SMAN GAUL berarti harus siap untuk menanggung resiko untuk tidak bisa untuk melupakan semua kenangannya di sana. Sebab banyak sekali kisah dan kejadian yang barangkali sangat lekat di otak kami. Di mana aku mengakui, bahwa di lembaga pendidikan itulah untuk pertamakalinya aku merasakan sistem dalam pendidikan yang sedikit keras namun penuh kebaikan—baik dalam pendidikan pembentukan moral mau pun spiritual dan lain sebagainya. Suatu kisah langka yang pernah aku rasakan dalam hidup.

Oleh sebab itulah, setelah beberapa bulan ini aku meninggalkan asrama dan lama tak jumpa dengan sahabat semasa SMA, sungguh, rasa hatiku hambar dan banyak terselip rasa kangen pada mereka. Dan puncaknya sore ini ketika aku sedang beristirahat, aku bermimpi tentang mereka—kemesraan saat sedang bersama dengan sahabat semasa SMA. Dalam mimpi aku benar termehek-mehek seperti sedang berdialog langsung dengan mereka. Bertemu satu-satu dan saling jahil-menjahili kembali.