Catatan Kecil Zuma: Aku Termehek-mehek


: teringat masa SMA-ku

Judul di atas benar terjadi, ya, “aku termehek-mehek”. Namun, bukan termehek-mehek oleh karena aku mengikuti acara reality show di Trans TV, tapi aku menemukan suatu kejadian yang membuatku benar-benar tak habis pikir. Dan aku hanya terpaku merenungi kejadian itu. Hingga tak lama kemudian aku langsung membuka Blog dan Facebook demi hanya untuk mencatat tentang hal yang beberapa saat aku alami itu.

Juli 2006 – April 2009...


Aku pernah bertemu dengan sahabat-sahabat yang paling mengesankan. Di mana aku bersama mereka pernah hidup selama 3 tahun dalam tembok asrama. Meski setiap 2 hari dalam seminggu kami diperbolehkan untuk Ijin Berlibur (IB), namun, kami adalah satu koloni dari beragam suku yang hidup bersamaan hingga menjadi satu keluarga besar lembaga pendidikan yang disebut sebagai SMAN GAUL—di mana artinya adalah SMAN 3 Unggulan. Barangkali itulah yang menjadikan seluruh warga sekolah kami menjadi satu-kesatuan keluarga yang saling tumbuh rasa keakraban dan terjalinlah suatu jalinan silaturahmi yang melekat secara lebih alami, ketimbang dipaksakan. [?] Aku menjadi ingat dan lantas melontar pertanyaan yang akhirnya aku jawab sendiri[memang bertindak seperti orang bodoh]. Bagaimanamana keakraban itu tidak terjalin dengan mudahnya? Sebab sistem di lembaga pendidikan kami saja begitu bagus dan [sedikit] keras. Barangkali bisa mencicip asrama SMAN GAUL adalah suatu kenikmatan tersendiri, sebab aku baru merasakannya hanya sekali dalam hidupku di mana jalinan waktu yang harus kujalani hampir mencapai tiga tahun, atau barangkali malah lebih. Di mana kami makan dengan suatu sajian yang tanpa ada beda—jika kita bersama makan di Dapur Umum. Barangkali peralatan makan yang menjadi wadah kami itu juga pernah bergantian sang pemakainya baik dengan sesama pelajar di lembaga pendidikan kami atau pun civitas yang lain.

Di asrama itu pula, aku menemukan sosok sahabat yang benar-benar beragam sifat dan perangai. Namun, meski aku anak Ilmu Sosial, tetapi aku juga sangat akrab dengan pelajar Ilmu Alam di lembaga pendidikan tersebut, bahkan dengan senior dan junior kami pun saling terjadi sebuah keakraban.

Masuk dalam asrama SMAN GAUL berarti harus siap untuk menanggung resiko untuk tidak bisa untuk melupakan semua kenangannya di sana. Sebab banyak sekali kisah dan kejadian yang barangkali sangat lekat di otak kami. Di mana aku mengakui, bahwa di lembaga pendidikan itulah untuk pertamakalinya aku merasakan sistem dalam pendidikan yang sedikit keras namun penuh kebaikan—baik dalam pendidikan pembentukan moral mau pun spiritual dan lain sebagainya. Suatu kisah langka yang pernah aku rasakan dalam hidup.

Oleh sebab itulah, setelah beberapa bulan ini aku meninggalkan asrama dan lama tak jumpa dengan sahabat semasa SMA, sungguh, rasa hatiku hambar dan banyak terselip rasa kangen pada mereka. Dan puncaknya sore ini ketika aku sedang beristirahat, aku bermimpi tentang mereka—kemesraan saat sedang bersama dengan sahabat semasa SMA. Dalam mimpi aku benar termehek-mehek seperti sedang berdialog langsung dengan mereka. Bertemu satu-satu dan saling jahil-menjahili kembali.

Tidak ada komentar: