Catatan Kecil Tentang (Ke)rindu(an)


1

Setangkai Sunyi

Pada suatu malam, kudengar langkah sepi semakin mendekat. Langkahnya tampak berat dan terdengar berderat. Rebah perlahan menemani lamunanku. Terkadang aku berfikir; Betapa hidupku telah menjadi sia-sia untuk dipertahankan. Sebab ketika kudengar langkah sepi mendekat dalam setiap malamku. Datang perlahan lantas menancapkan setangkai sunyi di taman hidupku. Membuatku semakin terlunta merana dalam sepuhan senyap.

Perlahan kupetik setangkai sunyi yang tanpa kutahu seperti apa warna kelopaknya? Perlahan kuraba setangkai sunyi yang membuatku bertanya-tanya; Masihkah akan kutemui kehidupan semerbak dengan perpaduan warna yang cemerlang? Benar masihkah ada keindahan nun menakjubkan di kehidupan yang penuh ketidaknyamanan?

2

Setangkai Rindu

Dari balik malam, kudengar langkah senja datang. Memboyong kembali kesunyian yang terasa semakin senyap. Hanya terpekur sendiri. Memandangi potret kekasih yang tiada (pernah) jua (men)jumpa(i). Setitik air menggenangi mata ketika setangkai rindu menancap di hati. Membuatku semakin berkelebat rindu dalam labirin beku.

3

Setangkai Cerita

Dengan berkelebat sunyi dan (ke)rindu(an), sengaja kutulis cerita ini supaya menjadi catatan kecil akan dilema yang tengah kurasa; akibat sunyi dan (ke)rindu(an). Biar, suatu saat nanti akan kupertunjukkan catatan-catatan kecil ini pada kekasihku. Biar dia tahu, kalau aku begitu kangen. Biar dia sadar, bahwa aku adalah manusia yang masih punya rasa—yang butuh kasih sayang dan juga cinta. Dan biar dia merasa, bahwa aku adalah tipe kekasih yang setia. Meski (ke)sepi(an), tetapi aku tetap menanti dia kembali. Dan tanpa sabar, ingin segera kukatakan padanya; "Honey, I love you forever and every 'single' day." Lantas kupeluk dia (kekasihku) dengan penuh erat, sembari menghadiahinya dengan kecupan sayang pada keningnya. Biar dia dapat merasakan kasih-sayangku yang benar tulus tercurah untuknya.

Bandung, in the kost, 271109, 11.00pm.

Tidak ada komentar: