Kosong

:Olla Zein

Coba untuk ulangi,
apa yang terjadi.
Harapkan datang lagi,
semua yang pernah terlalui

Bersama alam menempuh malam
Walau tak ada kesempatan
Terjebak dalam jerat mengikat
Namun tekadnya tak kan bebas

Temukan diri dalam dunia
Tak terkira
Semua mati dan menghilang
Terlalu pagi temukan arti

Jalan panjang semakin lapang
Hanya ada dahan kering yang terpanggang
Tak ada teman yang terpencar
Namun waktu terus berputar

Perduli apa terjadi
Terus berlari tak terhenti
Untuk raih harapan
Di dalam tangisan tertawa

Temukan diri dalam dunia
Tak terkira
Dan berarti tak akan pasti
Terlalu gelap, pergilah pulang

Dear Tuhan

Dear Tuhan,

Hamba sangat ingin sekali jika musibah yang terjadi di Indonesia ini tidak sampai membunuh kaum cilik, tapi, limpahkanlah untuk para penguasa yang tidak tahu diri dan maunya cuma kongkow-konkow makanin duit haram hasil korupsi!

Makasih Tuhan, semoga KAU mendengar curhatan ini.

Salam perdamaian,
Wong Cilik

#5. The Invisible Boy


SAAT aku terbangun dan mendengar gemericik hujan dari jendela, aku menduga bahwa aktivitasku hari ini tidak akan menyenangkan. Aku telah meninggalkan rumah saat bertengkar dengan ibu tentang cara dia memasak telur untukku yang masih meler dan setengah matang. Aku benci itu. Baiklah, tak apa jika saja aku hanya memberitahu tentang ketidaksukaanku hanya sekali, namun aku telah mengingatkannya berulang kali, bahwa aku membenci telur setengah matang—yang terkadang jika kusenggol sedikit saja, kuning telur itu akan meler! Menjijikkan memang!

Sepertinya Ibu tidak pernah mendengarkanku, jujur saja, aku merasa bahwa terkadang aku adalah seorang anak laki-laki yang tidak terlihat, hingga membikin ibu selalu mengacuhkanku. Sial! Aku lalu membanting pintu dan berangkat ke sekolah. Dan ternyata, sekolah tidak lebih menyenangkan daripada rumah. Sebab aku gagal ujian matematika, karena nilaiku benar-benar jelek! Karena itu, Bu Mega mengatakan, bahwa dia harus berbicara dengan orang tuaku, dia mulai berpikir bahwa aku sekarang mulai bengal dan 'menantang'. Sungguh, aku membenci si guru berbadan buntal itu. Fiuh!

#4. Penyesalan Kirana


KUSESAP sekali lagi secangkir kopi susuku sembari memandang langit jingga sore itu. Sudah hampir sepuluh menit aku duduk di sebuah gubuk di Caringin Tilu, namun, tiada sepatah katapun yang diucapkan oleh Kirana, pacar sahabatku. Sebelumnya, gadis cantik itu pernah bilang padaku, bahwa dia ingin aku mengajaknya kemari karena dia pengin curhat tentang kisah cintanya dengan Marlon, sahabatku.

Awalnya aku tak ambil peduli dengan apa yang dialami oleh Kirana. Toh, aku bukan siapa-siapa dia. Bahkan, pertemanan kami juga tidak terlampau akrab. Meskipun secara jujurnya, dulu aku pernah naksir sama dia. Ya, dia adalah gadis pertama yang membikin aku jatuh cinta. Gadis yang membuatku rajin kuliah hanya untuk bertemu dengannya. Gadis yang begitu baik, terlalu baik untuk disakiti hatinya.

Fiuhhh… tapi itu dulu. Dan sekarang, aku tidak lagi sanggup untuk memantau setiap aktivitasnya. Karena pasti aku akan cemburu setiap kali melihat kemesraannya bersama dengan Marlon, sahabatku. Barangkali dia menjadikanku sebagai tempat curhatnya, karena aku adalah sahabat dekat dari pacarnya. Sehingga dia berpikir, bahwa aku bisa menjadi mediasi untuk mempersatukan kembali cinta keduanya. Ya, mungkin saja.

Open A Book, Open Your Mind

#3. Kematian Marisa


SEJAK kecil, Alfian memang dididik oleh keluarga yang penuh aturan dan kekangan. Sehingga ketika dewasa, menjadikannya sosok pemuda yang pemberontak dan mendambakan kehidupan bebas. Dia memiliki hobi dan keterampilan lebih di dunia musik. Sebab dia bercita-cita menjadi seorang musisi dan komposer hebat yang kelak namanya bisa melegenda. Namun, impian itu nampaknya terbengkalai, dan barangkali dia kini tidak mungkin lagi untuk mewujudkan cita-cita itu. Sebab ayahnya tidak mengizinkan darah seni mengalir dalam diri Alfian. Sang ayah yang otoriter menginginkan Alfian menjadi seorang pegawai kantoran sepertinya.

Suatu ketika, Alfian benar-benar muak atas kekangan sang ayah. Sehingga, ketika semester dua masa perkuliahannya di Sekolah Bisnis, tanpa sepengetahuan keluarga, dia berhenti menjalani perkuliahan di sekolah tersebut, sebab dia lebih memilih untuk masuk di Institusi Seni ketimbang fakultas yang dia sendiri tidak meminatinya. Namun, melihat tindakannya yang semena-mena, membuat ayahnya naik pitam dan mengusirnya dari rumah. Lantas saja dengan senang hati dia memenuhi keinginan sang ayah.

Setelah pergi dari rumah, Alfian hidup sendiri di sebuah kost yang keberadaannya dekat dengan fakultasnya di institusi kesenian di Jakarta. Dia pergi tanpa membawa cadangan finansial yang memadai. Sebab ketika itu, ayahnya menyita ATM-nya. Sehingga, hal itulah yang mendorongnya untuk mencari uang dengan cara yang kotor dan sangat menjijikkan. Harus bagaimana lagi? Sebab dia sudah kepepet dan terpaksa melakukan ini. Atas bantuan salah seorang rekan, dia diperkenalkan oleh seorang perempuan yang usianya dua kalilipat darinya. Wanita itu berjanji akan memberikan finansial di kehidupannya, dengan syarat dia harus mau menjadi lelaki “brondong” simpanan perempuan yang bernama Marisa itu.

Curcol #2

Kok tahun 2010 ini bintang gue kurang cemerlang ya?
Nggak ada prestasi wah yang sepanjang tahu ini bisa gue capai lagi.
Bahhh... gue lebih nyaman terkungkung dalam satu kotak,
sehingga cenderung cari aman.
Nggak berani berpikir out of the box lagi,
barangkali karena udah males oleh banyaknya saingan?

Diiihhh... kranjingan bangets gue kalo mikir gitu!

#2. There’s Something About Clarissa


(ilustration from google.com)

CLARISSA tampak kecewa ketika dia dan keluarga diundang untuk datang pada malam perjamuan di rumah orangtua David—lelaki yang menurutnya “cupu” dan sejak SMA menaksir dirinya. Clarissa enggan datang karena dia tahu bahwa malam itu akan ada kesepakatan perjodohan yang tidak dia inginkan: antara dirinya dengan si cupu, David.

Aku tak pernah melihat Clarissa semuram ini. Sungguh. Oh, ternyata, cinta yang dipaksakan bisa mengubah seseorang menjadi sosok di luar kebiasaannya. Aku kasihan padanya. Sungguh!

Aku mengenal Clarissa sejak pertamakali masuk SMA. Tepat ketika kami melangsungkan MOS. Aku teringat, bahwa ia dahulu—juga sampai sekarang—adalah sosok gadis yang memiliki daya tarik yang sangat spesifik. Cantik, dan yang lebih mencengangkanku, dia adalah gadis yang smart. Lebih-lebih dia sangat pandai berorganisasi, tak salah jika dia pernah menjabat di bagian OSIS bersamaku.

Dia juga menyukai dunia kepenulisan, bahkan dia dipercaya untuk mengasuh rubrik tetap di suatu majalah remaja. Dia seorang announcer di radio yang sama denganku. Juga model. Jadi, tidak heran jika baru masuk sekolah saja namanya cepat melambung menjadi sosok primadona sekolah. Yang aku herankan, meski banyak lelaki tampan yang mengejar cintanya, tapi dia tidak bergeming sedikit pun untuk memilih di antara sekian lelaki tampan yang menaksirnya.

#1. Surat Elektra

Cerpen ini pernah dipublikasikan di weblog resmi GagasMedia Juni 2010

"you are a great storyteller"
[Christian Simamora]


Fiuh!
Pagi yang basah. Hujan semalam nampaknya belum usai, masih menyisakan gerimis yang merendam rerumputan di taman belakang rumah kontrakan yang kutempati. Dari balik lekukan teralis jendela, kucoba amati percikan air yang tempias meluncur dari atap genting. Pagi ini, aku benar-benar menjadi sosok yang linglung. Mungkin ini sebagai efek ketika aku mengangeni sahabat karibku, Elektra Antonio Lebenzon, yang sudah beberapa hari ini pergi tanpa ada kabar. Tak seorang pun yang tahu dia sedang berada di mana. Entahlah, barangkali dia tengah bersenyawa dengan langit, atau mungkin tengah berserah diri kepada samudera.

As I told you, aku dan Elektra adalah seorang mahasiswa semester akhir di Fakultas Ilmu Antropologi, National University of Colombia. Aku seorang yang berasal dari Indonesia dan bersuku Melayu, sedangkan Elektra, seorang asli Tibetan[1]. Nampaknya, akan banyak orang yang mengira jika Elektra merupakan sebuah nama yang disandang perempuan cantik, seperti yang tergambar dalam komik Frank Miller atau film karya Rob Bowman yang berjudul sama, Elektra. Namun ternyata malah sebaliknya, Elektra, sahabatku, merupakan sosok lelaki tampan dengan sejuta pesona, dan tak heran jika dia adalah sosok yang menjadi dambaan setiap gadis-gadis yang terpikat oleh pesonanya.

Tak banyak pula orang yang tahu jika dia adalah seorang Tibetan, dan mengiranya seorang keturunan Cina, termasuk aku. Meski sudah lama tinggal satu tempat dengannya di Bogota, namun, baru seminggu yang lalu aku tahu tentang dirinya yang sebenarnya. Dan aku baru menyadari, bahwa seusai perbincangan yang penuh kedekatan itu, lantas dia menghilang dari kebersamaanku. Sebab dia harus pulang ke kampung halamannya di Bucaramanga. Dan setelah itu, tak ada lagi kabar darinya hingga kini.

Lagu My One True Friend[2] mengalun di playlist handphone-ku. Namun, secara mendadak lagu itu berhenti dan menandakan ada sinyal SMS masuk. Aku membukanya. Dan alangkah terkejutnya, ketika aku membaca SMS dari nomor yang tak kukenal, dan dibagian akhir SMS tersebut terselipkan satu nama; Elektra. Aku membaca dengan seksama.

“Aksan, apa kabarmu, Sobat? Hmm… aku yakin, saat sekarang kau sedang galau mencari tahu tentang keadaanku. Saat ini, aku masih beruntung sebab Izrail masih berbaik hati, dan membiarkanku bernafas untuk beberapa saat, sehingga aku berkesempatan untuk memberimu kabar tentangku. San, perlu kau tahu, sekarang aku sedang berserah diri menunggu ‘masa itu’ tiba di sebuah rumah sakit di Bucaramanga. Jika kau ingin tahu lebih jauh tentang keadaanku, kau bisa menjengukku di sini. Meski ketika kau datang nanti, barangkali aku sudah pergi. —Elektra.”

Motivasi (lagi): Radio, Oh, Radio...


"Kami butuh seorang announcer dan script writter yang berkualitas; yang mampu mengkomunikasikan tulisan dari media cetak ke media seperti radio ini dengan baik."

Wuidihhh... banyak banget dah pengalaman dari orang pintar buat motivasi dan kemajuan karir gue. Thanks. Thanks. Thanks.

Catatan Buku #8: I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay!


KESAN pertama saat saya melihat buku ini di rak Gramedia Merdeka, Bandung adalah mengenai judul buku yang lumayan njelimet kalau dieja (soalnya terlalu panjang): I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay!. Bagi saya pribadi, judul ini keren, unik, menarik buat saya ikuti. Apalagi saya suka buku-buku sejenis ini: kumpulan prossa dengan pembahasan yang pendek namun berkisah panjang (seperti sub judul untuk buku ini: Kumpulan Cerita Pendek Berkisah Panjang).

“I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay!” memuat 32 cerita pendek yang memiliki kekhasan sendiri. Ada banyak makna yang terkandung. Dan lagi, buku ini mengungkap banyak hal yang sering terjadi di keseharian kita. Dan sesuatu hal yang diungkap dalam kumpulan prossa ini, terkadang tidak terduga. Apalagi dipadu dengan jalan cerita yang mengalir dan terkesan tidak berbasa-basi, saya semakin jatuh hati untuk membaca kisah dalam buku ini hingga selesai.

Saya suka dengan cerita “Berakhir Bahagia”, “Sorry, Hero, Dia Tak Pernah Melihatmu”, “Let Me Kill Your Boyfriend”, “Sang Putri dan Seorang Ksatria”, bagi saya kisah-kisah tersebut benar-benar menarik dan berakhir dengan ending yang tidak terduga. Meski pada dasarnya, saya menyukai semua imajinasi Fajar Nugros dalam “I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay!” ini. Sebab ketika membaca tulisannya, saya pikir Fajar memang menulis dengan/dari hati.

Banyak kisah yang menceritakan tentang patah hatinya seorang lelaki, sehingga saya berpikir, barangkali setiap tulisan dalam buku ini adalah hasil curahan hati penulisnya. Hmmm… mungkin saja! Tapi yang pasti, saya sangat terhibur ketika membaca buku “I Didn’t Lose My Heart, I Sold It On Ebay!” ini, sebab setiap kata dalam kumcer ini benar-benar mengalir dan seperti berloncatan begitu saja. Sehingga saya yakin, setiap pembaca akan semakin menikmati narasi dalam buku ini. Seperti halnya saya.

Catatan Buku #7: Ini Rahasia


PERTAMAKALI saya lihat buku ini, saya mengirta jika “Ini Rahasia” adalah sejenis novel ber-genre domestic drama atau mainstream romance. Tapi saya salah, sebab ternyata novel setebal 268 halaman ini ber-genre teen romance. Karena itu, sebenarnya saya sedikit kecewa, berhubung saya tidak suka novel dengan genre teen. Tapi ya sudahlah, saya sudah terlanjur membeli. Dan saya coba nikmati saja.

Novel ini menceritakan tokoh Tari—seorang anak SMA yang memiliki sifat sedikit tomboy, pemberani dan gila bola—yang merupakan manajer tim sepak bola di kelasnya. “Ini Rahasia” juga mengangkat tema yang nggak lagi asing, yakni cinta. Di mana tokoh Tari diam-diam menyukai kakak kelasnya yang bernama Rudi, yang dia pandang mirip dengan pemain bola dari Belanda idolanya, Ruud Van Nistelrooy.

Hmmm… menurut saya, ceritanya cukup ramai. Alurnya rapi dan cukup terkonsep. Tokoh-tokohnya juga tereksplore dengan baik. Cuma, saya rasa ada beberapa bagian novel yang membikin saya bosan ketika membaca. Dan lagi, ada bagian novel yang berusaha melucu, namun terkesan garing. Sehingga saya nyengir bukan karena apa yang penulis ceritakan lucu, tapi justru karena “garingnya” itu. Hehe… Memang sih, urat tawa orang berbeda-berbeda, sepertihalnya definisi lucu dan konyol menurut saya.

Dan saya pikir, covernya kurang mendukung sama isi novelnya. Iya, memang lucu dan imut. Tapi rasa-rasanya, covernya malah terkesan dewasa dan tidak memenunjukkan bahwa novel ini bergenre teen. But, secara keseluruhan, novel ini bagus kok. Bahasanya juga tidak terlalu berat, sehingga saya merekomendasikan novel ini buat kamu para pecinta teenlit—terlebih, buat kamu yang penggila bola.

Happy reading!!

Catatan Buku #6: Lupakan Palermo


SEJUJURNYA, hal utama yang membikin saya tertarik buat membeli buku ini yaitu, ketika saya membaca sinopsis yang tertera di bagian sampul belakang novel, seperti ini: “Aku bukanlah laki-laki kuat. Di suatu masa, di antara hari-hari tanpa dirinya, aku melakukan sesuatu yang kelak akan kusesali semumur hidup. Hatiku mendua….”

Bagi saya, kalimat tersebut mengena di hati saya. Sebab, curahan hati saya sudah terwakilkan oleh 3 kalimat tersebut. Apalagi penulisnya adalah duo laki-laki: Gama Harjono & Adhitya Pattisahusiwa. Saya berkeyakinan, pasti novel tersebut akan lebih menarik jika ditulis atas dasar imajinasi dua orang laki-laki—yang notabenenya, tokoh utama dalam novel tersebut juga seorang laki-laki.

Hmmm… seperti yang saya duga, novel ini benar-benar menarik. Bagi saya pribadi, sangat menyukai buku-buku dengan setting yang tidak sering diangkat oleh kebanyakan novel-novel yang beredar. Sedangkan Lupakan Palermo sendiri, merupakan sebuah novel dengan setting yang begitu memikat—apalagi penulisnya mampu mendeskripsikan narasinya secara detail mengenai kota tersebut—yakni Palermo, suatu kota yang berada di Sisilia, Italia.

Pada intinya, Lupakan Palermo mengkisahkan seorang anak SMA dari Indonesia yang bernama Reno, yang sedang mengikuti program beasiswa di Palermo, Italia. Di sana, dia tinggal satu rumah bersama Mirella—yang selalu mendampingi dan menuntun Reno.

Di Indonesia, Reno memiliki seorang kekasih bernama Maya. Sehingga menyebabkan mereka harus menjalin hubungan longdistance. Namun, ketika berada di Palermo, Reno akhirnya dekat dengan seorang gadis cantik yang bernama Francesca, yang sampai pada akhirnya membikin Reno jadi kepincut. Sehingga membikin dia menjadi dilema: antara menjaga janjinya kepada Maya untuk selalu setia kepadanya, atau semakin mengagumi Francesca sehingga ia bakal tenggelam dan jatuh hati?

Lupakan Palermo adalah sebuah novel yang menurut saya sangat menarik. Meskipun ada beberapa catatan-catatan khusus yang membikin novel ini sedikit tidak sempurna—sebab terdapat kalimat/kata yang tidak konsisten, ada beberapa bagian novel yang berasa boring—namun, saya yakin, novel ini bukan hanya sekedar novel dengan cerita kosong belaka, tapi bagi saya, syarat makna. Dan juga menginspirasi banyak pembaca dengan ragam deskripsi yang memikat mengenai Italia, terutama Palermo.

Menurut saya, citarasa bahasa untuk novel ini benar-benar pas dan memikat. Dengan pengembangan karakter tokoh yang sesuai (barangkali karena tokoh untuk novel setebal 401 halaman ini tidak banyak, sehingga memudahkan pembaca untuk mengidentifikasi dan mengingat secara langsung bagaimana karakter tokoh-tokoh dalam cerita novel ini). Pada akhirnya, saya menegaskan kembali pendapat saya: bahwa saya cukup terhibur ketika mengikuti perjalanan Reno dalam sebuah novel perjalanan, “Lupakan Palermo” ini.

Selamat berburu “Lupakan Palermo”, bagi Anda yang tertarik.... :)

Bulan Miskin


Gue lagi miskin nih. Bulan lalu cuma baca 6 buku dan kesemuanya adalah fiksi/novel. Bahhh... padahal gue udah memutuskan untuk gak baca novel aja, tapi lebih gue banyakin koleksi dan baca buku biography, self building atau lifestyle gitulah, biar pikiran gue semakin "liar" dalam menulis, gak cuma fiksi tapi juga yang realitas juga. hehe....

Catatan Buku #5: Mendamba


Gue udah baca buku ini beberapa waktu lalu ketika mudik. Dan, sampai sekarang gue belum sempat me-review-nya. Well, maaf kalau gue cuma ngasih 2 bintang buat novel ini. Karena ceritanya bener-bener bikin bosen.

Sejujurnya, gue udah lama nunggu buku ini terbit. Dan gue tahu pertamakali novel ini saat penulisnya gencar sekali mempublikasikannya di Facebook. Gue suka banget sama cover-nya: unik dan terkesan nggak basa-basi. Apalagi pas gue baca sinopsisnya, gue bener-bener tertarik bangets. Soalnya bahasa sinopsisnya menarik gue buat beli , seperti ini:

Ada persoalan yang belum tuntas di antara kita. Bukan, bukan dendam. Hanya tanda tanya besar mengapa kau meninggalkanku di saat aku paling membutuhkanmu. Aku marah, kesal, dan kecewa. Namun, semua itu tertutupi hangat cinta yang masih menyala-nyala dalam hatiku.

Setiap malam aku berdoa, suatu saat bisa mendengar suaramu lagi. Aku mendongakkan kepala ke langit, berharap kau melihat rembulan yang sama denganku. Kemudian aku menutup mata, takut waktu membuatku keburu melupakan raut wajahmu.

Sebut aku sentimentil, tapi aku sungguh merindukanmu.

Apa kau juga begitu?


Keren kan bahasa dan pembahasan sinopsisnya? Tapi, pas gue tengok isinya, aduhaiiii.... kok begitu-begitu amat?! Beda banget antara yang ada di sinopsis sama isi novelnya. 

Pasar Seni ITB 2010


Hari minggu 10 Oktober lalu, saya dan beberapa rekan kampus berduyun-duyung mendatangi arena kampus ITB untuk turut meramaikan jalannya Pasar Seni yang diadakan oleh institusi pendidikan tersebut.

Suer deh, seandainya gak ada desakan liputan dan tugas dari dosen, sebenarnya saya sedikit pikir-pikir buat datang ke acara tersebut. Sebab suasananya benar-benar membikin saya geregetan. Gimana enggak? Sebab saya harus jalan kaki dari Simpang Dago sampai eks Pasar Balubur cuma gara-gara jalan penuh sesak oleh kendaraan yang sama sekali gak bisa jalan. Beuuhhh… gerah, panas, dan berdesak-desakan dengan pengunjung lain.



Begitu sampai di arena stand, rasa jengkel saya sedikit terobati setelah saya melihat beberapa karya yang dipamerkan stand-stand yang ada cukup menarik minat saya. Sebenarnya banyak stand yang menarik di Pasar Seni tersebut. Namun, menurut saya, Komunitas Pelayang Bandung cukup keren. Di mana pada stand tersebut banyak terdapat Layang-layang dengan berbagai macam bentuk yang unik dan tentunya dengan desain yang menarik.

Bukan hanya Layang-layang saja hasil kreativitas yang dipamerkan di stand tersebut, tetapi, uniknya, pada stand tersebut terdapat pula hasil karya yang tidak kalah unik, yakni, pesawat mainan dengan desain yang menggunakan bahan dari sejenis kertas, dengan baling-baling plastik yang bener-bener keren!

Produk kreativitas tersebut dikemas dalam kemasan yang menarik, sehingga produk tersebut menjadi souvenir yang menarik, baik sebagai hadiah, oleh-oleh untuk kerabat dan keponakan, dll. Menariknya, pesawat tersebut sudah dinamai dengan berbagai macam nama & tipe tertentu, ada Marines 8H341, Bali, Navi dengan tipe tertentu, dll.

Cara kerja pesawat ini cukup simple, dan kita dengan mudah dapat menggunakannya. Hanya dengan memutar baling-baling sebanyak yang kita mau, maka, pesawat mungil itu akan terbang sesuai dengan banyaknya putaran baling-baling pesawat tersebut.

Menurut penjaga stand, bahwa pesawat mungil mainan tersebut sudah dilakukan riset dan membuktikan bahwa dari 1000 pesawat yang diterbangkan, ternyata hanya 3 pesawat yang hilang, dan itu membuktikan bahwa pesawat tersebut memang sudah teruji (terutama dari segi kualitas).

Saya rasa, memang, pasar seni merupakan pesta seni yang menarik dan sangat menghibur sekali. Rasanya kerinduan akan pageleran seni yang menarik semacam ini dapat terus dinikmati pengunjung dan penggila seni di Kota Bandung. Sebuah hiburan yang mengobati kehausan nurani pengunjung. Bandung pada hari ini macet total, tapi suasana ini tidak menyurutkan masyarakat dan pencinta seni untuk merasakan kegembiraan bersama di lokasi Pasar Seni ITB tahun ini.


Namun, seandainya saya punya kuasa buat curhat atau kasih usulan dengan panitia acara, saya pengin kasih beberapa kritik dan saran buat tim mereka, tentang: masalah keamanan dan ketertiban yang harus perlu ditingkatkan, sebab banyak sekali teman-teman dari kampus saya yang harus kecewa dan menyesal datang dalam acara tersebut dikarenakan kecopetan, dompet hilang, handphone lepas dari tangan (haha).

Dan lagi, masalah tata letak stand/stage yang harus lebih diatur dengan baik lagi, agar pengunjung lebih menikmati suasana pasar seni tersebut. Tempat parkir yang sangat minim, menyebabkan pengunjung sembarang parkir sehingga menyebabkan terjadinya kemacetan panjang. Pusat stand atau informasi tidak hanya ada di pintu depan saja, sebab banyak juga pengunjung yang datang dari arah pintu belakang ITB (dan bahkan banyak orang yang tidak tahu akan letak dari pusat informasi itu sendiri). Satu lagi yang terlupakan, WC Umum yang kurang nyaman, dan kurang mencukupi kapasitas pengunjung yang jumlahnya sangat membludak. Dan yang sungguh mengherankan, ketika saya akan buang air, saya harus ngantri panjang dan harus memanjat tangga untuk menuju ke WC (yang hanya sebentuk mobil truck) di antara kerumunan pengunjung.

Semoga peregelaran pasar Seni ITB 4 tahun ke depan lebih semarak lagi dan dijadual dengan baik. Simpul-simpul kemacetan di kota Bandung nantinya dapat terurai dan masyarakat semua dapat menikmati hiburan gratis ini dengan nyaman dan teratur, semoga saja.

Arena Bermain


Pas lagi mau jalan sama pacar dan temennya pacar saya di TimeZone - BIP, saya kebetulan lewat pameran fotografi, pameran mini demi menyambut ultah Bandung ke-200 yang bertajuk "Pameran Esai Foto 200 Tahun Bandung".

Karena saya tidak suka main game , sampai kahirnya saya melihat-lihat sebentar karya foto di sana. Semuanya tampak terpajang potret mengenai Kota Bandung. Lalu saya baca caption di bawah fhotografi tersebut. Ada yang mengangkat tentang tema pemadam kebakaran, anak-anak jalanan, kebudayaan Sunda, gedung tua, dan lain sebagainya. Namun, ada 1 karya yang menarik bagi saya dari karya-karaya fhotografi yang memukau tersebut, yakni “Arena Bermain”, karya dari seorang fotografer dari Tempo. Karya fotografinya unik. Menarik. Mengingatkan saya akan masa kecil yang penuh tawa ketika menjajal satu per satu arena bermain seperti yang tertangkap dalam fotografi tersebut.
Hmmm… kok saya jadi terharu ya? hiks hikss...