Catatan Buku #6: Lupakan Palermo


SEJUJURNYA, hal utama yang membikin saya tertarik buat membeli buku ini yaitu, ketika saya membaca sinopsis yang tertera di bagian sampul belakang novel, seperti ini: “Aku bukanlah laki-laki kuat. Di suatu masa, di antara hari-hari tanpa dirinya, aku melakukan sesuatu yang kelak akan kusesali semumur hidup. Hatiku mendua….”

Bagi saya, kalimat tersebut mengena di hati saya. Sebab, curahan hati saya sudah terwakilkan oleh 3 kalimat tersebut. Apalagi penulisnya adalah duo laki-laki: Gama Harjono & Adhitya Pattisahusiwa. Saya berkeyakinan, pasti novel tersebut akan lebih menarik jika ditulis atas dasar imajinasi dua orang laki-laki—yang notabenenya, tokoh utama dalam novel tersebut juga seorang laki-laki.

Hmmm… seperti yang saya duga, novel ini benar-benar menarik. Bagi saya pribadi, sangat menyukai buku-buku dengan setting yang tidak sering diangkat oleh kebanyakan novel-novel yang beredar. Sedangkan Lupakan Palermo sendiri, merupakan sebuah novel dengan setting yang begitu memikat—apalagi penulisnya mampu mendeskripsikan narasinya secara detail mengenai kota tersebut—yakni Palermo, suatu kota yang berada di Sisilia, Italia.

Pada intinya, Lupakan Palermo mengkisahkan seorang anak SMA dari Indonesia yang bernama Reno, yang sedang mengikuti program beasiswa di Palermo, Italia. Di sana, dia tinggal satu rumah bersama Mirella—yang selalu mendampingi dan menuntun Reno.

Di Indonesia, Reno memiliki seorang kekasih bernama Maya. Sehingga menyebabkan mereka harus menjalin hubungan longdistance. Namun, ketika berada di Palermo, Reno akhirnya dekat dengan seorang gadis cantik yang bernama Francesca, yang sampai pada akhirnya membikin Reno jadi kepincut. Sehingga membikin dia menjadi dilema: antara menjaga janjinya kepada Maya untuk selalu setia kepadanya, atau semakin mengagumi Francesca sehingga ia bakal tenggelam dan jatuh hati?

Lupakan Palermo adalah sebuah novel yang menurut saya sangat menarik. Meskipun ada beberapa catatan-catatan khusus yang membikin novel ini sedikit tidak sempurna—sebab terdapat kalimat/kata yang tidak konsisten, ada beberapa bagian novel yang berasa boring—namun, saya yakin, novel ini bukan hanya sekedar novel dengan cerita kosong belaka, tapi bagi saya, syarat makna. Dan juga menginspirasi banyak pembaca dengan ragam deskripsi yang memikat mengenai Italia, terutama Palermo.

Menurut saya, citarasa bahasa untuk novel ini benar-benar pas dan memikat. Dengan pengembangan karakter tokoh yang sesuai (barangkali karena tokoh untuk novel setebal 401 halaman ini tidak banyak, sehingga memudahkan pembaca untuk mengidentifikasi dan mengingat secara langsung bagaimana karakter tokoh-tokoh dalam cerita novel ini). Pada akhirnya, saya menegaskan kembali pendapat saya: bahwa saya cukup terhibur ketika mengikuti perjalanan Reno dalam sebuah novel perjalanan, “Lupakan Palermo” ini.

Selamat berburu “Lupakan Palermo”, bagi Anda yang tertarik.... :)

3 komentar:

CIAO ITALIA! mengatakan...

Allooallo, haha, thank you udah baca&review buku kita. Moga2 kita bisa ningkatin ke depannya.

Okay, goodluck dg kompetisinya.

Adhitya Ps mengatakan...

hi,
saya adhtiya pattisahusiwa. saya mau bilang tahnks udah bikin review tentang buku kita :)

adhityaps

Jumali Ariadinata mengatakan...

@ Bang Gama & Bang Adhit: thanks juga Bang... ditunggu buku selanjutnya... :)