Kontroversi di Ajang KFC Pena Cerdas

Tahukah Anda dengan ajang kepenulisan KFC Pena Cerdas? Hmm… bagi Anda yang sering mampir ke KFC, pasti tahu dengan ajang yang satu ini, sebab sering dipromosikan di pusat-pusat KFC-nya. Atau, kalau Anda sering baca majalah, pasti ada pula iklan mengenai ajang yang satu ini. Atau, bagi Anda yang sudah tahu dengan situs ini: www.virtualxbook.com, pastilah Anda juga tahu bahwa media tempat penyelenggarakan KFC Pena Cerdas itu ada di situs tersebut. Siapa pun bisa mengikuti ajang ini, tetapi harus menyesuaikan dengan kategori usia. Dan ketika Anda sudah meng-unpload karya,maka Anda berhak untuk membawa masa sebanyak-banyaknya untuk melakukan dukungan untuk karya Anda.

Tapi saya tidak akan menjelaskan secara gamblang seperti apa ajang ini. Namun, yang akan saya bahas adalah mengenai perilaku dari para peserta ajang tersebut. Anda bisa melihat langsung bagaimana kontroversi yang terjadi, di situs yang sudah saya tulis di atas. (tapi Anda harus jadi member terlebih dahulu, dan tak lupa, mohon dukung karya saya “Sariban dan Lagu Galang Rambu Anarki) 

Jujur, saya juga mengikuti ajang ini. Saya meng-unpload karya sejak pertengahan februari lalu, dan sejak saat itu, karya saya menetap di posisi ke-2. Namun, terkadang banyak pula para voters yang memberikan votenya untuk karya saya, sehingga terkadang karya saya bertengger di posisi ke-1. Namun, setelah beberapa bulan berlalu (sekitar awal Maret), tiba-tiba cerpen saya yang (bisa dibilang) di urutan teratas, karena masuk 7 best voters (karena 7 besar per kategori inilah yang akan masuk ke babak final) akhirnya dikalahkan oleh peserta yang nilai vote-nya jauuuhhh… jauhhh… di bawah saya dan peserta yang masuk 7 best voters lain.

Awalnya saya tetap khusnudzon terhadap para peserta yang tiba-tiba karyanya melejit masuk di 7 best voters. Tapi, lambat laun kedok mereka terbuka juga. Dan mereka sendirilah yang membuka kedok masing-masing. Di mana, mereka melakukan tindak kecurangan, yakni dengan membuat email sebanyak-banyaknya dan nama palsu untuk mem-vote cerpen mereka sendiri. Sebab untuk mendapatkan 7 best voters kita harus mendapatkan banyak dukungan, sedangkan dalam sehari 1 akun hanya dibatasi 5 kali vote. Jadi, agar banyak yang mem-vote pastinya memerlukan banyak email dan juga teman-teman yang memiliki "email ganda" untuk membantu proses "Pemungutan Suara". Tapi, kebanyakan dari mereka melakukan kecurangan dengan membuat email dan nick sebanyak-banyaknya, bahkan memberikan komentar untuk cerpennya sendiri (sudah barang tentu komentar mereka membagus-baguskan karya sendiri).

Yang menjadi pertanyaan saya, “kenapa tidak mencari dukungan secara sportif seperti saya? Misalkan meminta bantuan teman, sanak keluarga, membikin poster khusus, iklan di Facebook, Blog atau bahkan membikin account Facebook yang tujuannya meminta bantuan kepada para Facebookers, semisal “1.000.000 Facebookers dukung Jumali Ariadinata untuk Menang dalam KFC Pena Cerdas”. Bukankah itu lebih sportif?

Atau kalau tidak, ketika saya sedang datang ke kampus, saya pura-pura baik kepada sohib saya, padahal pelan-pelan saya paksa mereka untuk mau jadi member di virtualxbook.com. Dan ketika mereka mau, lantas saya langsung minta username dan password-nya, kemudian saya simpan untuk keperluan voting di lain waktu.  saya rasa itu lebih sportif meski terkesan memaksa dan tidak sopan. Hmmm… tapi tak apa, kalau pun saya menang nanti, mereka pasti bakalan kecipratan untungnya.

Pantas, karena hal itu, karya saya yang sejak beberapa bulan lalu selalu bertengger di posisi teratas (kalau tidak 1, ya, 2) tiba-tiba tergeser mundur di posisi 3, 4, dan bahkan pernah di posisi juru kunci 7 besar. Saya bingung. Dan saya benar-benar sedikit dongkol dengan ulah mereka. Bolehlah, kalau karya mereka bagus dan memang pantas untuk masuk 7 best voters, tapi, setelah saya baca, karya sang petinggi di 7 best voters DATAR saja, malah pantasnya masuk dikategori usia 10-13th. Tapi pemilik karya tersebut dengan PD-nya tetap mem-vote karyanya sendiri sampai total vote yang melejit jauuuuhhh meninggalkan peserta lain.

Sehingga hal itu menimbulkan sikap iri dari peserta lain, maka, muncullah nickname gelap yang tiba-tiba member komentar untuk cerpen teratas, seperti ini, “Cerpen jelek kayak gini bisa menang. Punya berapa email, Mas? Salam ya buat email-email palsu lo!” Dan masih banyak komentar lain yang akhirnya berniat menjatuhkan karya peserta teratas (tidak termasuk saya). Dan terakhir saya membuka karya saya, tadi sore, ternyata perdebatan sengit makin terjadi. Karena di antara peserta saling tuduh, bahwa si “ini”-lah yang membuat email palsu, bahwa si “inu”-lah yang memberikan kritik yang memojokkan si “anu”. Hmm… saya cuma cengar-cengir bacanya… hahaha… *jadi pengen ngakak*

Saya benar-benar tidak menyangka kalau ajang ini akan menghasilkan penulis-penulis yang CURANG dan LICIK, (saya khawatir jika ini akan menjadi cikal bakal bibit-bibit Koruptor nantinya). Lihat saja, di ajang yang merebutkan rupiah yang tidak seberapa ini, mereka sudah berani melakukan tindakan seperti ini, bagaimana nanti, kalau mereka sudah menduduki jabatan penting di pemerintahan atau pun perusahaan besar lain? Hmm… maka, saya tidak ingin ber-su’udzon, terkadang ketika di benak saya berselirat pikiran seperti di atas, secepat kilat otak saya berkata lain, “ini kan hanya ajang biasa, belum tentu nanti aplikasinya akan seperti itu.” Batin saya.

Namun, saya tidak tahu siapa yang seharusnya disalahkan. Karena memang event tersebut mengharuskan pesertanya untuk mencari vote dari pembaca sebanyak-banyaknya, seperti di ajang pencarian bakat di TV yang harus mengirimkan dukungan via SMS. Tapi apakah dengan cara curang seperti itu? Nahh, itulah yang menjadi pertanyaan saya sampai kini.

Dan di akhir tulisan ini, saya ingin mempromosikan karya yang saya ikut-sertakan dalam ajang tersebut. Saya menyadari bahwa karya saya juga banyak kekurangan, sebab bikinnya pun cukup tergesa-gesa, karena esoknya saya harus pulang ke kampung halaman saya di Ogan Komering Ilir – Sumatera Selatan.  Ketika Anda membuka www.virtualxbook.com dan saat Anda sudah menjadi member, saya mohon, beri komentar dan dukungan untuk karya sederhana saya, caranya dengan memvote karya yang berjudul “SARIBAN DAN LAGU GALANG RAMBU ANARKI”, untuk menjadi pilhan vote Anda saat itu. Karena 10 komentar terbaik akan mendapat Handphone cantik + bongkisan menarik dari KFC. Terimakasih.

Sebelumnya di publikasikan di www.kompasiana.com

Feel the Atmosphere of “Kampung” at Nasi Bancakan



DALAM Bahasa Sunda, bancakan berarti “bersama”. Sesuai namanya, makan di Bancakan umumnya dilakukan beramai-ramai. Tempat makan Khas Sunda ini menawarkan berbagai keunikan yang jarang dijumpai di restoran lain, lho! Karena Nasi Bancakan menciptakan atmosfer “kampung” yang cukup kental, sehingga memanjakan indera para pengunjungnya dengan nuansa “kampung” dan makanannya yang sangat khas.

Begitu sampai di pintu masuk, akan ada Mang Barna—pemilik Restaurant Nasi Bancakan—yang berpakaian a la orang kampung tempo dulu, akan menyambut kedatangan kita. Konsep tempat makannya sendiri sih kayak prasmanan. Kita bisa langsung ngantri milih menu sendiri.

Keunikan

DI sini, kamu bisa nemuin masakan khas Sunda, kayak Ceos Kacang Merah, Gejos Cabe Hejo, Hampas Kecap, Tumis Lember, dan nggak ketinggalan ada sambel plus beraneka macam lalapan sebagai pelengkap, dll. Dan yang lebih unik, di sini, nggak cuma suasana dan makanannya aja lho yang jadul, tapi peralatan tempat kita makan pun menggunakan perabotan zaman bahuela yang kesemuanya terbuat dari seng, kayak piring, mangkuk, teko, baskom, dan gelas. Hmm… menarik, kan?

“Sebelum digunakan Nasi Bancakan, bangunan ini dipakai untuk bistro. Pada awalnya, saya ingin membuat kosep Nasi Bancakan dengan mendirikan saung-saung sebagai tempat makannya. Tetapi kondisi tempat tidak memungkinkan dan perlu biaya besar, maka kami pun hanya mengontrak atas kebaikan pemiliknya,” kata Abah Barna, sang pemilik Restoran Nasi Bancakan, ketika gue tanyain tentang konsep awal Restoran Sunda ini.

Lalu gue kembali mengajukan pertanyaan dalam obrolan santai gue tentang kelebihan yang dimiliki Nasi Bancakan untuk menarik pengunjung agar rajin datang ke restoran mereka, “kalau di Nasi Bancakan, semua makanan kami sajikan dengan harga yang lebih ekonomis. Karena memang, sasaran kami adalah kalangan menengah ke bawah. Kalau perlu, tukang becak pun bisa makan di sini,” jawab lelaki paruh baya yang berasal dari Desa Sukajadi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut tersebut.

Makannya nggak jarang berbagai kalangan—mulai dari Tukang Becak sampai Pejabat, bahkan artis pun—mencicipi makanan di Nasi Bancakan. Pengunjungnya pun nggak terbatas dari daerah Bandung dan sekitarnya aja, tapi juga dari luar Bandung. Seperti keluarga Hendy Prasojo, pengunjung dari Semarang yang kebetulan sedang berlibur di Bandung, yang kemudian gue ajak berbincang sejenak mengenai Restoran Nasi Bancakan ini.

“Kebetulan saya sedang berlibur ditempat saudara di Bandung. Dan saudara saya merekomendasikan Nasi Bancakan ini. Ternyata memang makanannya uenak sekali. Saya suka makan di sini karena atmosfernya khas Sunda sekali dan peralatan makannya unik,” ujarnya dengan logat Jawa yang kental.

“Kalau saya suka makan di sini, selain enak, harganya juga murah, dan juga suka sama kekhasan dan tradisionalitas yang masih diusung sama Nasi Bancakan ini. Sepertinya kalau saya bakalan berkunjung kembali ke Bandung, pasti yang akan saya incar untuk pertamakali adalah Nasi Bancakan, terutama sambelnya yang maknyuoss mbanget!” timpal Ibu Santi, istri Pak Hendy Prasojo sembari terbahak setelahnya.

Harga

Ehmm… Soal harga sih nggak usah cemas! Nasi Bancakan mematok harga yang pasti terjangkau, kok. Apalagi buat anak kostan macam kita. Harganya mulai dari Rp.1000 sampai Rp.7000 saja. Dan untuk Gurame, dipatok harga Rp 35.000/ekor. Ada juga minuman khas seperti Cendol atau Dawet Cincao, dengan harga berkisar antara Rp. 5000 s/d Rp. 6000.

Akses

Nasi Bancakan bisa kamu temukan di Jl. Trunojoyo no. 62, Bandung. Tempatnya bersebelahan dengan Resto Sambara. Berjarak sekitar 300 meter dari Gedung Sate. Buka mulai Pkl. 10.00 WIB – 22.00 WIB di hari biasa, dan mulai Pkl. 09.00 WIB – 22.00 WIB di hari Minggu. Nasi Bancakan is ready to rock your tongue with their speciality menu. Wanna taste it? So, what are you waitin’ for? Be there now! (Zuma)

Avatar Vs The Hurt Locker

Sejak diumumkannya nominasi Oscar 2010, gue ngejagoin Avatar sebagai film terbaik di segala bidang: termasuk Best Picture dan Best Director. Wah wahhh tapi ternyata pas pengumumannya, gue kecewa berat, ternyata Avatar kalah sama The Hurt Locker. Dan kategori Best Director pun Avatar ditenggelamkan oleh sutradara The Hurt Locker: Kathryn Bigelow.

Sehingga karena hal itu, gue yang pada awalnya belum nonton film The Hurt Locker, langsung penasaran sama film tersebut. Tadi gue nyempetin diri buat ke toko CD, gue cari DVD fim tersebut, alhamdulilah gue nemu. Dan barusan aja gue tonton sampe kalar. Awal gue liat film ini, gue nggak feel sama sekali, solanya gambarnya rada goyang gitu. Tapi setelah gue pertimbangin, mungkin wajar gambarnya goyang-goyang, kali aja itu disesuain sama adegan di film itu: tentang tragedi pengeboman di Baghdad. Tapi setelah cerita tidak lagi menampilkan gambaran tentang kerusuhan itu, film tetep goyang sampe beberapa adegan.

Barangkali itu yang gue sayangkan sama film The Hurt Locker ini: tentang gambar film yang goyang. Tapi secara inti cerita, cukup menarik dan keren. Banyak hal gue dapet dari sini. Dan mungkin atas pertimbangan karena film ini pure teknis film, kali ya, sehingga menjadi Best Picture, ketimbang Avatar yang menggunakan teknologi animasi. Tapi kalo gue disuruh milih, gue lebih milih Avatar buat jadi Best Picture, meski The Hurt Locker juga nggak kalah keren. Dan mengangkat sisi cerita yang benar-benar menarik dan seru untuk terus diikuti hingga akhir cerita usai.

Curhatan Manusia Optimis

Barangkali kemarin aku sempat mengeluh,
atas apa yang terjadi.
Menyalahkan diri dan kehidupan.
Bahkan Tuhan pun ikut menjadi sasaran,
untuk disalahkan atas beban diri.
Duduk bersila, tangan menengadah-
sembari mulut berkomat-kamit memohon keadilan.
Dengan derai air mata, memanjat doa,
berharap Tuhan mengabulkan pinta.

Sebab beban yang kurasa tiba-tiba menjadi sangat berat,
karena keberhasilan yang terus tertunda.
Aku sempat berhenti tertawa,
pikiranku mengembara akan sesuatu yang gelap.

Tapi apakah itu cukup?
Bagiku ratapan hanya akan menjadi rantai-
yang terus menghambat langkah kaki.
Masalah ada bukan untuk dipuja.
Masalah ada agar bisa mengingatkan kita-
untuk selalu waspada.
Membuat kita bangkit.
Membuat kita bisa kembali akan apa yang telah kita rintis.

Sebab aku percaya,
bahwa jalan hidup orang itu berbeda,
ada yang terus menerus nyaman dalam dekapan hangat,
ada juga yang harus jatuh bangun-
sambil sesekali menyalahkan Tuhan dan kehidupan.
Tapi aku selalu percaya-
bahwa semua beban itu bisa diselesaikan.
Cukup berikan ruang pada perasaan-
dan biarkan insting dasar kita yang bicara.