Sudah lama gue ngincer novel Rain Affair. Tapi, lagi-lagi gue harus mengalah untuk membeli buku menarik lain, ketimbang buku ini. Ada banyak pertimbangan memang. Selain masalah budjet yang kurang, sebab gue juga pernah dikasih tahu temen, bahwa mereka ngerasa terkecoh antara desain sampul sama isi ceritanya.
Well, kalau untuk gue pribadi sih jujur, emang pertamakali beli buku ini karena tertarik sama kover-nya. Unik. Imut. Lucu. Dan manis (dan gue selalu suka desain GagasMedia yang kreatif begitu). Dan typography-nya pun cukup pas dan membikin kover jadi lebih menarik. Gue beri jempol deh buat kovernya.
But, kita sering denger kan pepatah seperti ini; don't judge a book by it's cover. Dan gue rasa itu bener. Actually, gue juga ngerasa hal yang sama seperti yang pernah temen-temen gue sampaikan, bahwa buku ini nggak semenarik kover-nya. Menurut gue ceritanya standar. Basi. Dan udah sering diagkat oleh penulis lain.
Well, novel ini sebenernya menceritain tentang Lea, sosok gadis yang bener-bener gandrung dengan cowok yang namanya Noah (dalam hati gue selalu menghujat perempuan seperti Lea, yang bener-bener bego banget cuma gara-gara rasa yang bernama cinta. Sampai gue selesai ngebaca buku ini, sumpah, gue bener-bener geram dan bukan ngerasa kasian sama Lea. Sebab tuh cewek emang bego menurut gue, mempertahanin cowok yang udah jelas-jelas nggak sayang sama dia. Dihhh… kayak nggak ada cowok lain aja). Yup, Noah bersikap begitu sama Lea, karena ternyata dia terpaksa pacaran sama Lea karena Rissa, kakak Lea. Dan sampai pada suatu hari, Lea bertemu Nathan, sosok cowok yang pernah dia temui di tengah hujan pada suatu kesempatan satu tahun silam. Dan di akhir cerita, Lea jadian sama Nathan.
Gue rasa temanya terlalu basi. Sebab kalau gue tarik sesimpulan dari novel tersebut seperti ini: bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Menurut gue sih cara penceritaannya juga membosankan dengan alur maju-mundur dan terkesan dipanjang-panjangin. Duh, bikin pusing! Dan akhirnya males-malesan mau bacanya. Jujur, gue aja ngelarin novel itu sampai hampir 2 mingguan. Ckck…
Sebenernya gue sih suka aja dengan tema seperti ini, asal punya sesuatu yang beda dan lebih nendang ketimbang novel yang sudah ada. Tapi, pada kenyataannya novel ini gue nilai biasa. tapi menurut gue jalan ceritanya terlalu dipanjang-panjangin dan jadi ribet gitu.
Tapi, penulis mengakhiri bagian novel ini cukup manis, dan berakhir dengan happy ending. Serta ada sebuah kesimpulan dari akhir novel tersebut, seperti yang udah gue ceritakan di atas, "bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan". Aihhh… meski gue pikir, kesimpulan seperti itu udah basi!!
Well, kalau untuk gue pribadi sih jujur, emang pertamakali beli buku ini karena tertarik sama kover-nya. Unik. Imut. Lucu. Dan manis (dan gue selalu suka desain GagasMedia yang kreatif begitu). Dan typography-nya pun cukup pas dan membikin kover jadi lebih menarik. Gue beri jempol deh buat kovernya.
But, kita sering denger kan pepatah seperti ini; don't judge a book by it's cover. Dan gue rasa itu bener. Actually, gue juga ngerasa hal yang sama seperti yang pernah temen-temen gue sampaikan, bahwa buku ini nggak semenarik kover-nya. Menurut gue ceritanya standar. Basi. Dan udah sering diagkat oleh penulis lain.
Well, novel ini sebenernya menceritain tentang Lea, sosok gadis yang bener-bener gandrung dengan cowok yang namanya Noah (dalam hati gue selalu menghujat perempuan seperti Lea, yang bener-bener bego banget cuma gara-gara rasa yang bernama cinta. Sampai gue selesai ngebaca buku ini, sumpah, gue bener-bener geram dan bukan ngerasa kasian sama Lea. Sebab tuh cewek emang bego menurut gue, mempertahanin cowok yang udah jelas-jelas nggak sayang sama dia. Dihhh… kayak nggak ada cowok lain aja). Yup, Noah bersikap begitu sama Lea, karena ternyata dia terpaksa pacaran sama Lea karena Rissa, kakak Lea. Dan sampai pada suatu hari, Lea bertemu Nathan, sosok cowok yang pernah dia temui di tengah hujan pada suatu kesempatan satu tahun silam. Dan di akhir cerita, Lea jadian sama Nathan.
Gue rasa temanya terlalu basi. Sebab kalau gue tarik sesimpulan dari novel tersebut seperti ini: bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Menurut gue sih cara penceritaannya juga membosankan dengan alur maju-mundur dan terkesan dipanjang-panjangin. Duh, bikin pusing! Dan akhirnya males-malesan mau bacanya. Jujur, gue aja ngelarin novel itu sampai hampir 2 mingguan. Ckck…
Sebenernya gue sih suka aja dengan tema seperti ini, asal punya sesuatu yang beda dan lebih nendang ketimbang novel yang sudah ada. Tapi, pada kenyataannya novel ini gue nilai biasa. tapi menurut gue jalan ceritanya terlalu dipanjang-panjangin dan jadi ribet gitu.
Tapi, penulis mengakhiri bagian novel ini cukup manis, dan berakhir dengan happy ending. Serta ada sebuah kesimpulan dari akhir novel tersebut, seperti yang udah gue ceritakan di atas, "bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan". Aihhh… meski gue pikir, kesimpulan seperti itu udah basi!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar