Random Thought #1: Kopi & Menulis

(Caption: Zig Zag Capuccino)

Jika ayah saya seorang penggemar teh, saya sebaliknya. Tak begitu menggemarinya. Sebab saya lebih tertarik dengan minuman berkafein yang bernama kopi. Entahlah, dari siapa kebiasaan minum kopi ini ditularkan. Di keluarga saya, tak satu pun yang menyukai kopi―bahkan mereka cenderung anti-kopi.

Kebiasaan saya minum kopi dimulai sejak SMA, ketika saya sudah hidup mandiri dari orang tua (mandiri dalam artian tinggal di tempat terpisah). Karena memang, saya lebih memilih tinggal di sekolah berasrama.

Saat itu, intensitas saya dalam mengonsumsi kopi masih jarang. Karena terkadang, saya malas dan bahkan tidak sempat meracik kopi sendiri.

Sekarang, sebaliknya. Akhir-akhir ini saya terlalu menggandrungi kopi. Saya malah bertekad untuk menikmati semua cita rasa kopi dari seluruh dunia. Bahkan, di Bandung, saya punya tempat ngopi favorit. Selain karena cozy, tempat saya ngopi tersebut mempunyai sajian menu kopi khas yang membikin saya jatuh hati setengah mati, yakni Zig Zag Capuccino dan Stairyway to Heaven―ah, ya, nama kopi satu ini akan mengingatkan kita pada Led Zepplin, bukan? 

Selain menggemari kopi, saya juga mencintai salah satu aktivitas yang bagi saya sangat menyenangkan: menulis. Lagi-lagi, saya bingung, dari mana bakat menulis ini saya peroleh. Keluarga saya bukan tipe orang yang menyukai dunia kepenulisan. Bahkan kedua kakak saya tak sama sekali mencintai dunia membaca, bahkan menulis!

Akhir-akhir ini, intensitas saya dalam menulis cukup sering. Bahakn, saya menetapkan target, dalam satu hari harus menulis minimal 1 halaman. Jumlah tersebut terhitung sangat minim. Sebab, saat ini saya sudah terlibat dalam banyak kesibukan. Bahkan, tulisan saya terakhir kali dipublikasikan setahun silam. Itu pun hanya sebentuk cerita pendek, yang dimuat oleh sebuah majalah remaja.

Bagi saya, menulis adalah aktivitas yang luar biasa menyenangkan. Biasanya, saat isi kepala banyak terkontaminasi stress, selain duduk di tengah keramaian, pelampiasan yang saya lakukan adalah menulis dengan ditemani (aroma) secangkir kopi, bersama Ree―sahabat terbaik yang tak terdefinisikan. Ah, menyenangkan![]

1 komentar:

Riesna Kurnia mengatakan...

hai.. blognya asik, postingan-postingannya juga. salam kenal!