Lights

Kemarin, aku sempat mengeluh atas apa yang terjadi. Menyalahkan diri dan kehidupan. Bahkan, Tuhan pun turut menjadi sasaran untuk disalahkan.

Sebab, beban yang kurasa menjadi begitu berat karena keberhasilan yang selalu tertunda. Aku sempat berhenti tertawa, pikiranku mengembara dalam ruang gelap. Menangis dalam genangan duka.

Duduk bersila, tangan menengadah, sembari mulut berkomat-kamit memohon keadilan. Dengan derai air mata, memanjat doa, berharap Tuhan mengabulkan pinta.

Namun, apakah itu cukup?

Ternyata, tidak.

Ratapan hanya akan menjadi rantai yang terus menghambat langkah kaki. Adanya masalah bukan untuk dipuja dan ditangisi. Namun, agar mengingatkan kita untuk selalu waspada. Membuat kita bangkit dan kembali pada sesuatu yang telah kita rintis. Karena dasarnya, masalah hadir sebagai proses pendewasaan.

Yakinlah, jalan hidup setiap orang berbeda: ada yang terus-menerus nyaman dalam dekapan hangat, ada pula yang harus terjatuh dalam kobaran duka.

Namun, kini aku percaya, setiap beban dan kesukaran akan ada jalan. Cukup berikan ruang pada perasaan, dan biarkan insting dasar kita yang bicara.[]

Tidak ada komentar: