Catatan Musik: Random Access Memories


Sejujurnya, sebelum Random Access Memories rilis, saya tak begitu mengenal Daft Punk. Hanya segelintir lagu-lagunya yang pernah saya dengar, dan saya belum berpikir untuk mengulik lebih dalam tentang duo musisi ini.

Namun, saat “Get Lucky” meluncur di "pasaran", saya sangat tersentak dan menyukainnya. Melalui lead single album keempat musisi asal Perancis inilah saya tertarik untuk menelusuri segala data tentangnya; melalui dunia maya, bahkan dari beberapa pernyataan yang terangkum menjadi satu artikel utuh dalam beberapa media. Dan, karena “Get Lucky” pulalah saya tak sabar menunggu Random Access Memories rilis.

17 Mei 2013, Random Access Memories diluncurkan. Jika melihat daftar chart di berbagai negara di seluruh dunia, beberapa bulan sejak peluncurannya, album ini selalu masuk dalam daftar Top 10. Bahkan, Random Access Memories juga menjadi top chart (#1) di lebih dari 20 negara di dunia.

Album terbaru dari duo musisi yang pernah menyabet dua Grammy Award 2009 ini, menghadirkan 13 track yang memadukan beberapa genre: disko, elektronik, funk, rock, hingga jazz. Uniknya, berbeda dari album sebelumnya, keseluruhan pengerjaan musik dalam album ini dilakukan secara manual. Daft Punk merekrut beberapa musisi—dari Pharrell Williams hingga Giorgio Moroder—untuk melakukan rekaman instrumen secara live di beberapa lokasi: Paris, New York City, dan Los Angeles.

Sejak kali pertama mendengarnya, saya benar-benar jatuh hati pada Random Access Memories. Bahkan, saya pribadi menobatkan Random Access Memories sebagai salah satu album terbaik yang pernah saya dengar. Dan, melalui album ini pula, saya mengukuhkan diri sebagai pencinta Daft Punk!

Bukan, saya mengidolakan Daft Punk (dan Random Access Memories) bukan karena teracuni oleh gelombang tren di negeri luar sana. Namun, saya menggilai Daft Punk karena mampu menghadirkan musik yang “menggugah” dan eksperimental.

Untuk itu pulalah saya begitu mengidolakan Random Access Memories; karena seluruh track di album ini sangat eksperimental dan mampu membikin perasaan saya campuraduk: merasa tersayat saat mendengar beberapa track, seperti “Within” dan “The Game of Love”; juga merasa gembira dan ingin berdansa saat mengikuti alunan “Get Lucky” hingga “Give Life Back to Music”.

Selain keempat track di atas, saya juga sangat menyukai monolog Giorgio Moroder tentang perjalan bermusiknya dalam “Giorgio by Moroder”, yang juga menyuarakan beberapa kalimat yang saya sukai; “You want to free your mind about a concept of harmony and music being correct, you can do whatever you want”. 

“Motherboard”, track ke-10 ini seperti menghadirkan komposisi instrumen yang terkesan futuristik—hal ini seperti yang diungkapkan dalam suatu media, bahwa, “’Motherboard’ was described by Daft Punk as being a futuristic composition, referencing the year ‘4000’”.

“Fragments of Time”, menghadirkan alunan garage dan sedikit jazzy, dipadu dengan vocal Todd Edwards, menjadikan lagu ini selalu saya putar saat dalam perjalanan. “Touch”, dengan intro lagu yang bagi saya sedikit mencekam, tetapi saya begitu mengagumi keunikan vocal khas Paul Williams. “Contact”—track penutup dalam album ini—bahkan menjadi nomor yang juga saya kagumi. Dengan paduan musik yang penuh luapan emosi, berhasil membikin saya memutarnya hingga berkali-kali.

Sehingga, wajar bila saya memberi rating untuk album ini 5 out of 5. Well, itu karena apa yang saya inginkan dalam musik, terangkum dalam Random Access Memories. Sempurna.

Tidak ada komentar: