Integrity Building; Membangun Integritas

Integrity is one of the most important and oft-cited of virtue terms. It is also perhaps the most puzzling. For example, while it is sometimes used virtually synonymously with ‘moral,’ we also at times distinguish acting morally from acting with integrity. Persons of integrity may in fact act immorally—though they would usually not know they are acting immorally. Thus one may acknowledge a person to have integrity even though that person may hold importantly mistaken moral views.
When used as a virtue term, ‘integrity’ refers to a quality of a person's character. Integrity is also attributed to various parts or aspects of a person's life. However, the most philosophically important sense of the term ‘integrity’ relates to general character. Acting with integrity on some particularly important occasion will, philosophically speaking, always be explained in terms of broader features of a person's character and life. What is it to be a person of integrity? Ordinary discourse about integrity involves two fundamental intuitions: first, that integrity is primarily a formal relation one has to oneself, or between parts or aspects of one's self; and second, that integrity is connected in an important way to acting morally, in other words, there are some substantive or normative constraints on what it is to act with integrity. How these two intuitions can be incorporated into a consistent theory of integrity is not obvious, and most accounts of integrity tend to focus on one of these intuitions to the detriment of the other. A number of accounts have been advanced, the most important of them being: (i) integrity as the integration of self; (ii) integrity as maintenance of identity; (iii) integrity as standing for something; (iv) integrity as moral purpose; and (v) integrity as a virtue. These accounts are reviewed below. We then examine several issues that have been of central concern to philosophers exploring the concept of integrity: the relations between types of integrity, integrity and moral theory, and integrity and social and political conditions

Menurut kamu, apa itu integritas?

Kalo menurut saya, integritas itu sebuah nilai di mana seseorang berpegang pada prinsip yang dinilainya benar. Prinsip apa? Prinsip kejujuran, seperti kata kamus. Sebuah integritas adalah sebuah nilai yang dipelajari lewat proses. Gak bisa langsung dapet. Bahkan di dalam proses itu, akan sangat banyak tantangan dan resiko yang kemungkinan besar dapat menggagalkan niat kita dalam berintegritas.

Sudahkah kita memiliki nilai integritas dalam kehidupan kita?

Nyontek dan ngasih contekan, ngabsenin teman karena gak enak, ngomongin orang, dan lainnya saya rasa sebuah sikap anti-integritas yang mewabah di kalangan kita sekarang. Bahkan negara inipun krisis orang-orang yang berintegritas.

Integritas juga dipengaruhi oleh peer pressure. Biar kata kita setengah mati untuk berintegritas tapi kalo tekanan dari teman sepergaulan kita begitu besar, kita akan sulit menjadikan integritas sebagai karakter hidup kita. saran saya, tinggalin aja teman kayak gitu. Yang kayak gitu bukan namanya teman. Bukankah teman salaing mendatangkan kebaikan?
Di sekolah kehidupan, saya belajar bahwa setiap orang perlu membangun integritas dirinya, agar ia dimungkinkan membangun integritas kelompok dan organisasi di mana ia berada, yang pada gilirannya dapat pula menyumbang ke arah pembentukan integritas masyarakat bangsa. Caranya adalah dengan: pertama, menunjukkan kejujuran dan berani berbicara sesuai kenyataan; kedua, menepati janji atau melakukan apa yang dijanjikan dan tidak membocorkan rahasia; dan ketiga, bertindak konsisten dalam arti menyatukan kata dengan perbuatan.
Di sekolah kehidupan pula, saya belajar bahwa secara praktik barangsiapa yang pernah berbohong; atau pernah ingkar janji; atau pernah mengkhianati kepercayaan orang lain, memenuhi syarat untuk disebut munafik. Sebab kawan-kawan muslim mengajarkan kepada saya bahwa tiga ciri manusia munafik adalah: apabila ia berbicara, ia bohong; apabila ia berjanji, ia ingkar; dan apabila ia diberi kepercayaan [amanah], ia berkhianat. Dan saya merasa bahwa penjelasan mengenai tiga ciri kemunafikan itu begitu operasional dan praktis.
Sedemikian operasionalnya pengertian orang munafik di atas, maka setiap orang langsung dapat menjawab apakah ia PERNAH munafik, KADANG-KADANG munafik, SERING munafik, atau SELALU munafik. Ibarat warna, putih seratus persen dapat dianggap simbol orang yang tidak munafik; abu-abu untuk yang PERNAH berbohong; agak hitam untuk yang SERING berbohong; dan hitam legam untuk yang SELALU berbohong.

Apa hubungan antara integritas dan kemunafikan? Mungkin ini, integritas adalah musuh kemunafikan, atau sebaliknya. Artinya, saya tidak bisa membangun integritas sambil mempertahankan kemunafikan saya. Saya harus meninggalkan yang satu untuk mengembang-kan yang lain. Seumpama menentukan arah berjalan, saya tidak bisa memilih ke timur dan barat sekaligus.

Lebih lanjut, pembelajaran di sekolah kehidupan memperhadapkan saya dengan kenyataan ini: tidak sulit untuk bersepakat bahwa integritas adalah salah satu karakter terpuji, sementara munafik adalah salah satu karakter tercela; yang sulit adalah mendemonstrasikan karaker terpuji secara konsisten dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan lain perkataan, menjadi seseorang yang punya integritas tinggi [baca: nyaris tak pernah berdusta; selalu menepati janji dan menjaga rahasia; dan memegang teguh amanah dari orangtua/atasan/ organisasi/dsb], itulah yang sulit.

Ayo deh, kita mulai ngelatih integritas kita sekarang. Mulai aja dari perkara-perkara kecil. Ya gak? Bukankah kalo kita setia dalam perkara kecil, Tuhan bakalan mengaruniakan perkara yang lebih gede. Dari situ, karakter kita akan terbentuk. Menjadi seorang yang beritegritas tinggi. Dengan begitu, kita dapat menyelamatkan negara ini dari masa depan yang suram.

di gubah dari hasil makalah (penulis makalah sendiri) pemenang lomba menulis lingkungan remaja 2008.

Tidak ada komentar: