Kusaksikan dengan seksama sebuah rumah mungil di hadapanku. Entahlah, rumah tersebut memiliki perpaduan antara apa dengan apa. Aku tak tahu dengan arsitektur rumah itu, bergaya asli daerah tersebut atau ada perpaduannya? Yang pasti arsitekturnya nampak seperti bergaya Victoria. Aku sangat tertarik dengan bangunan yang tampak berdiri sederhana namun sangat mengesankan itu: rumah yang sangat mungil dengan jendela-jendela kaca dan teras kecil dengan kursi-kursi malas yang sengaja di hadapkan ke arah danau.
Di dalamnya terpajang banyak barang-barang antik yang tak pernah aku temui sebelumnya. Diantaranya bayak lukisan yang terpajang di tembok dengan penuh warna soft, namun didominasi oleh Violet. Sangat anggun. Apalagi dipadu dengan warna dan tekstur batu-batu pualam putih yang megah. Aku melihat lukisan-lukisan tersebut menggunakan beberapa gaya yang bertolak belakang: ada campuran gaya realis dengan pencahayaan yang begitu kontras. Tetapi, nampaknya gaya dan karakter lukisan itu seperti hasil lukisan dari seorang pelukis yang bernama Rancisco José de Goya y Lucientes atau sering dikenal dengan sebutan Goya yang juga pernah kutulis dalam novel ‘Dil3ma Asmara’. Goya adalah pelukis istana di Spanyol dan seniman grafis, juga seorang penulis sejarah. Ia dianggap sebagai seniman old master terakhir dan termasuk seniman modern pertama. Unsur-unsur dalam karya seninya yang subversif dan subjektif, juga keahliannya dalam teknik melukis, menjadikan karyanya sebagai acuan bagi seniman generasi selanjutnya seperti Manet dan Picasso.
Seorang pelukis Spanyol abad tujuh belas ini kebanyakan karya-karyanya banyak ditampilkan di Museo del Prado di Madrid. Selain itu lukisan karyanya juga banyak di pajang di museum-museum lain di Negara Spanyol, sepertihalnya di Museum Gugenhein di Bilbao Spanyol dan masih banyak museum lain yang mengabadikan karya sang maestro itu. Tapi, sungguh, aku lupa dengan nama-nama museum itu. Aku saja tahu tentang Goya melalui sebuah ensiklopedia mengenai Spanyol yang kubaca saat akan mulai menggarap ‘Dil3ma Asmara’ yang memang ber-setting di Spanyol.
Malahan aku sempat tertuju pada sebuah lukisan mengenai potret seorang lelaki telanjang yang menutupi kemaluannya dengan hanya menggunakan secakup tangannya. lelaki itu mengenakan topeng berbulu. Lelaki itu tersenyum lebar seakan tak menunjukkan rasa malu setitik pun. Tetapi, setelah lama aku menamati lukisan itu, aku seperti merasa bahwa yang menjadi model dalam lukisan tersebut adalah.... aku! Tentu saja aku terbelalak ketika menyadarinya. Rasanya aku ingin beranjak untuk merobek lukisan itu. Tapi, tiba-tiba seorang misterius menghentikan langkahku. Seluruh tubuhnya berbalut jubah putih. Matanya menatapku dengan tajam. Seakan dia mengalirkan satu sinergi pada sepasang mataku. Dalam hitungan detik saja, tubuhku luruh tak mampu lagi berkutik. Tujuan semulaku untuk berontak merobek lukisan itu mendadak lenyap. Dan sekali sentakan saja aku terjaga dari mimpiku.
Ya, sebuah ilustrasi di atas hanya kualami di alam maya dalam tidur, sebut saja mimpi. Dan aku terjaga dari mimpi itu sekitar pukul 3.30 am. Sebuah mimpi yang benar-benar konyol dan membuatku setia terjaga hingga adzan subuh berkumandang. Sebab aku benar-benar penasaran mengenai arti dari mimpi itu. Apakah gerangan arti dari mimpi itu? A slilly dream!
Di dalamnya terpajang banyak barang-barang antik yang tak pernah aku temui sebelumnya. Diantaranya bayak lukisan yang terpajang di tembok dengan penuh warna soft, namun didominasi oleh Violet. Sangat anggun. Apalagi dipadu dengan warna dan tekstur batu-batu pualam putih yang megah. Aku melihat lukisan-lukisan tersebut menggunakan beberapa gaya yang bertolak belakang: ada campuran gaya realis dengan pencahayaan yang begitu kontras. Tetapi, nampaknya gaya dan karakter lukisan itu seperti hasil lukisan dari seorang pelukis yang bernama Rancisco José de Goya y Lucientes atau sering dikenal dengan sebutan Goya yang juga pernah kutulis dalam novel ‘Dil3ma Asmara’. Goya adalah pelukis istana di Spanyol dan seniman grafis, juga seorang penulis sejarah. Ia dianggap sebagai seniman old master terakhir dan termasuk seniman modern pertama. Unsur-unsur dalam karya seninya yang subversif dan subjektif, juga keahliannya dalam teknik melukis, menjadikan karyanya sebagai acuan bagi seniman generasi selanjutnya seperti Manet dan Picasso.
Seorang pelukis Spanyol abad tujuh belas ini kebanyakan karya-karyanya banyak ditampilkan di Museo del Prado di Madrid. Selain itu lukisan karyanya juga banyak di pajang di museum-museum lain di Negara Spanyol, sepertihalnya di Museum Gugenhein di Bilbao Spanyol dan masih banyak museum lain yang mengabadikan karya sang maestro itu. Tapi, sungguh, aku lupa dengan nama-nama museum itu. Aku saja tahu tentang Goya melalui sebuah ensiklopedia mengenai Spanyol yang kubaca saat akan mulai menggarap ‘Dil3ma Asmara’ yang memang ber-setting di Spanyol.
Malahan aku sempat tertuju pada sebuah lukisan mengenai potret seorang lelaki telanjang yang menutupi kemaluannya dengan hanya menggunakan secakup tangannya. lelaki itu mengenakan topeng berbulu. Lelaki itu tersenyum lebar seakan tak menunjukkan rasa malu setitik pun. Tetapi, setelah lama aku menamati lukisan itu, aku seperti merasa bahwa yang menjadi model dalam lukisan tersebut adalah.... aku! Tentu saja aku terbelalak ketika menyadarinya. Rasanya aku ingin beranjak untuk merobek lukisan itu. Tapi, tiba-tiba seorang misterius menghentikan langkahku. Seluruh tubuhnya berbalut jubah putih. Matanya menatapku dengan tajam. Seakan dia mengalirkan satu sinergi pada sepasang mataku. Dalam hitungan detik saja, tubuhku luruh tak mampu lagi berkutik. Tujuan semulaku untuk berontak merobek lukisan itu mendadak lenyap. Dan sekali sentakan saja aku terjaga dari mimpiku.
Ya, sebuah ilustrasi di atas hanya kualami di alam maya dalam tidur, sebut saja mimpi. Dan aku terjaga dari mimpi itu sekitar pukul 3.30 am. Sebuah mimpi yang benar-benar konyol dan membuatku setia terjaga hingga adzan subuh berkumandang. Sebab aku benar-benar penasaran mengenai arti dari mimpi itu. Apakah gerangan arti dari mimpi itu? A slilly dream!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar